Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Scramble Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang
Laporan PTK

By JUMAKIR, S Pd., MM 30 Mei 2022, 07:01:23 WIB contoh PTK
Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Model Scramble  Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang

Gambar : dok.pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: Peningkatan Hasil Belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra Menggunakan Model Scramble  Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra Menggunakan Model Scramble Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Model Scramble dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Model Scramble untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Model Scramble yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Model Scramble

BAB I   PENDAHULUAN       

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 75.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep  Bahasa Indonesia masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Bahasa Indonesia hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Bahasa Indonesia yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra adalah Model Scramble karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Model Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra menggunakan Model Scramble Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang“.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Model Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Menggunakan Sastra siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang?

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra menggunakan Model Scramble siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra sehingga pelajaran Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi  rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.
  2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,   

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Model Scramble
  1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif adalah “model pembelajaraan yang sistematis dengan mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan pembelajaraan yang efektif dan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis”sedangkan menurut Johns  pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar Kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

 

 2. Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif

             a.  Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaraan kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.6 Dalam penerapan pembelajaraan kooperatif,dua atau lebih individu saling tergantung satu sma lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok.

Ciri – ciri pembelajaraan yang mengguanakan model kooperatif adalah

  1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
  2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang, dan rendah
  3. Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya,suku, jenis kelamin berbeda – beda.
  4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang mengelompokan siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak membedakan ras,suku, budaya maupun jenis kelamin.

b.  Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif

Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif adalah sebagai berikut :

  1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
  2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
  3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama.
  4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
  5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang akan dikenakan utnuk semua anggota kelompok.
  6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
  7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.8

Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan optimal  hendaknya guru tidak meninggalkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Tujuan pembelajaran kooperatif

Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencapai aetidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial.

  1. Hasil belajar Akademik

Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.9 Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif dapat merubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih dalam tugas – tugas pembelajaraan.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan mendapatkan hasil belajar akademik yang maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat mengubah norma budaya anak muda menjadi budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

  1. Penerimaan terhadap keragaman

Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untk menghargai satu sama lain.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan efek yang positif terhadap nilai keragaman dimana peserta didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku, budaya, kelas social maupun kemampuan.

      Model Pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi jawaban sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar. Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Menurut Suyatno, Scramble merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. tahapannya adalah sebagai berikut.

1.   Membuat kartu soal sesuai materi ajar.

     Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada   

     siswa.

     2.    Membuat kartu jawaban dengan diacak.

     Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban  

     soal-soal pada kartu soal.

    3.   Sajikan materi.

    Guru menyajikan materi ajar kepada siswa.

 4.    Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok.

    Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai  

    pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal.

5.   Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal.

  Siswa berkelompok dan saling membantu  mengerjakan soal-soal yang ada

  pada kartu soal.

 6.    Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal.

Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal.

Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble mempunyai kelebihan. Kelebihannya tipe ini antara lain: (a) memudahkan siswa untuk menemukan jawaban; (b) mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia; (c) semua siswa terlibat; (d) kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

 

      1. Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra

Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya. Hampir setiap daerah memiliki corak budaya khas. Corak budaya tersebut sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal. Salah satu hasil budaya adalah karya sastra. Bentuk karya sastra terus bermunculan, baik berupa prosa maupun puisi. Dengan sifatnya yang khas, sastra mengandung nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan sehingga mampu menumbuhkan kepekaan nurani pembacanya. Dengan sering membaca karya sastra, batin pembaca akan semakin terisi oleh pengalaman-pengalaman baru dan unik yang belum tentu didapatkan dalam kehidupan nyata.

Mendengarkan

Menemukan Tema dan Pesan Syair yang Didengarkan

Syair merupakan jenis puisi lama berasal dari kesastraan Arab. Kata syair berasal dari Arab, sya'ar berarti tembang dan sya'ra berarti menembang. Syair berbentuk puisi lirik halus dan penuh dengan gejolak rasa, penyairnya. Dalam kesastraan Indonesia, syair sering digunakan sebagai penggubah cerita atau mengungkapkan suatu kisah. Selain untuk menggubah cerita, syair juga digunakan sebagai media untuk mencatat kejadian dan sebagai media dakwah.

Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Terdiri atas empat larik (baris) setiap bait.
  2. Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan.
  3. Semua baris merupakan isi (dalam syair tidak ada sampiran).
  4. Sajak akhir tiap baris selalu sama (a-a-a-a).
  5. Jumlah suku kata tiap baris hampir sama (8-12 suku kata).
  6. Isi syair berupa nasihat, petuah, cerita, lukisan peristiwa, pengajaran, ataupun mistik.

Syair biasa digunakan untuk menceritakan sesuatu yang panjang seperti dongeng atau suatu kejadian. Isi syair mengandung nasihat, kiasan, khayalan, unsur-unsur agama, atau kepercayaan.

Syair tidak semata-mata berupa rangkaian kata indah hasil dari kreativitas merangkai kata dan berimajinasi, tetapi syair juga merupakan cara seseorang menyatakan perasaan dan pemikirannya tentang masyarakat. Dengan kata lain, syair berfungsi tidak sekadar untuk hiburan, tetapi juga pengajaran dan pewarisan nilai-nilai yang bekerja dan berkembang dalam masyarakat.

Syair  memiliki tema dan pesan. Tema adalah gagasan utama atau sesuatu yang menjadi dasar dari sebuah karya sastra. Gagasan utama syair dapat ditemukan jika kamu memahami isi syair. Sementara itu, pesan adalah keinginan penyair yang disampaikan melalui karyanya. Tema dan pesan syair dapat kamu temukan setelah kamu mendengarkan atau membaca syair secara keseluruhan. Jadi, untuk dapat mengetahui tema kamu harus mendengarkan atau membaca syair itu secara lengkap.

Langkah menemukan tema dan pesan syair yang dibaca tentu berbeda dengan langkah menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan. Tema dan pesan syair yang dibaca, dapat kamu temukan dengan cara mencermati berulang-ulang kata-kata di dalam syair tersebut. Sebaliknya, jika syairnya diperdengarkan, kamu tidak dapat mencermati kata-katanya secara berulang-ulang. Itu semua terjadi karena pembacaan syair hanya dapat kamu dengarkan sekali. Oleh sebab itu, ketika mendengarkan syair kamu harus memusatkan perhatian pada pembacaan syair. Tujuannya agar kamu dapat mengetahui maksudnya.

Info Sekilas

Syair tertulis yang tergolong tua adalah karya-karya Hamzah Fansuri. Syair Hamzah Fansuri yang terkenal dalam kesastraan Indonesia (Melayu) klasik adalah “Syair Perahu”.

Evaluasi Pembelajaran 1

Dengarkan dengan saksama pembacaan kutipan syair berikut ini!

Teks Mendengarkan 2

  1. Tentukan tema kutipan “Syair Bidasari Lahir” yang telah kamu dengarkan!
  2. Tentukan pula pesan yang terdapat dalam kutipan “Syair Bidasari Lahir”!
  3. Tentukan ciri-ciri syair pada “Syair Bidasari Lahir”!
  4. Berdasarkan ciri-ciri syair yang telah kamu temukan, analisislah unsur-unsur “Syair Bidasari Lahir” berdasarkan ciri-ciri syair tersebut!

Pendidikan Karakter

Cermat

Syair merupakan bentuk puisi yang menempati posisi penting pada zaman kesastraan Indonesia klasik yang mengandung nilai-nilai luhur. Selain mewariskan nilai-nilai luhur, syair memiliki tema dan pesan baik. Nilai-nilai luhur, tema, dan pesan dalam syair dapat kamu temukan dengan menerapkan sikap cermat, teliti, atau saksama. Setelah menemukan nilai-nilai luhur, tema, dan pesan dalam syair, diharapkan kamu meneladani nilai-nilai luhur dan pesan yang terdapat dalam syair tersebut.

Berbicara

Mengkritik dan Memuji Produk atau Karya Seni

Sebuah produk atau karya seni pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kamu dapat mengkritik kekurangan dan memuji kelebihan produk atau karya seni tersebut. Mengkritik atau memuji merupakan bentuk apresiasi. Mengkritik adalah kegiatan memberikan tanggapan disertai dengan uraian dan pertimbangan kekurangan dan keunggulan suatu karya. Oleh karena itu, sebelum mengkritik kamu harus menentukan kekurangan dan keunggulannya. Agar dapat menentukan kekurangan dan keunggulan karya itu, kamu harus memperhatikan secara mendalam aspek yang akan dikritik.

Memuji atau memberikan pujian berarti melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah, bagus, dan berarti. Memberi pujian haruslah objektif dan tidak melebih-lebihkan. Begitu pula dengan kritik yang disampaikan juga harus objektif. Kritik harus benar-benar dapat diterima dan dilakukan oleh orang yang diberi kritik. Kritik terhadap sebuah produk sebaiknya tidak berlebihan dan meremehkan produk yang dikritik. Kritik sebuah produk bersifat membangun. Kritik disampaikan dengan bahasa santun dan komunikatif.

Kamu dapat menggunakan bahasa santun saat mengemukakan kritik terhadap karya (seni atau produk). Kritik yang disampaikan dengan bahasa santun harus disertai alasan masuk akal. Alasan tersebut sedapat mungkin dapat diterima oleh semua pihak dengan lapang dada. Sebaliknya, kritik yang tidak memperhatikan kesantunan dalam berbahasa dapat menyebabkan pihak yang dikritik kecewa, kesal, bahkan marah. Oleh karena itu, kritik harus disampaikan dengan bahasa santun, disertai alasan logis, bahkan kalau perlu membantu mencarikan jalan keluarnya.

Untuk melatih keterampilanmu dalam memberikan pujian dan kritikan terhadap suatu karya, kamu dapat membuka alamat website http://www.kumpulan-puisi.com/chairil-anwar-poetry.php. Kamu dapat memberikan pujian dan kritikan terhadap salah satu puisi tersebut.

Evaluasi Pembelajaran 2

Bacalah puisi berikut dengan saksama!

Doa
Kepada pemeluk teguh

Tuhanku

dalam termangu

aku masih menyebut namaMu biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci

tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

Karya :   Chairil Anwar

Dikutip dari : http://was-was.com/2013/l2/kumpulan-puisi-chairil-lengkap.html?m=1, diunduh 23 Februari 2016

  1. Kamu telah membaca puisi “Doa”. Coba, berilah pujian terhadap puisi “Doa” tersebut!
  2. Selain kalimat pujian, kamu dapat mengutarakan kalimat kritik terhadap puisi “Doa”. Coba, buatlah kalimat kritik terhadap puisi “Doa” tersebut!
  3. Ungkapkan pujian atau kritikan tersebut secara lisan kepada temanmu! Lakukan  secara bergantian.

Pendidikan Karakter

Menghargai Prestasi

Puisi merupakan bentuk ekspresi seseorang. Kamu dapat menghargai karya puisi orang lain baik puisi hasil karya sastrawan terkenal maupun sastrawan yang belum di kenal. Menghargai prestasi atau hasil karya orang lain merupakan salah satu sikap menghormati hasil karya orang lain.

Dengan menghargai hasil karya orang lain, karyamu juga akan dihargai orang lain. Bersikaplah menghargai prestasi  orang lain ketika mengkritik dan memuji karya orang lain tersebut. Terapkan sikap menghargai prestasi dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca

Membaca Indeks Buku

Indeks adalah suatu daftar yang memuat kata-kata atau istilah-istilah  penting yang tersusun menurut abjad dan memberikan informasi mengenai  halaman  tempat  kata  atau  istilah ditemukan. Indeks sangat berguna untuk mempermudah mencari keterangan di dalam buku karena dengan segera akan ditemukan informasi yang kita cari. Biasanya indeks ditemukan pada bagian akhir buku cetakan. Namun, tidak semua buku mencantumkan indeks. Indeks dibagi menjadi dua, yaitu indeks nama dan indeks kata. Indeks berupa nama terdiri atas lebih dari satu kata. Indeks tersebut disusun dengan cara menuliskan nama belakangnya dahulu baru disusul nama depannya. Sebagai contoh, Abdul Muis, ditulis Muis, Abdul sehingga urutannya berada pada huruf m. Indeks berupa kata disusun dengan mengurutkan kata tersebut sesuai dengan huruf awal kata yang bersangkutan. Indeks berupa istilah disusun dengan mengurutkan istilah itu sesuai dengan huruf awal istilah yang bersangkutan.

Pada bagian kanan nama, kata, atau istilah di dalam indeks ditulis angka yang menunjukkan nomor halaman tempat nama, kata, atau istilah itu ditemukan. Fungsinya untuk mempermudah mencari keberadaan kata tersebut, misalnya di dalam indeks tertulis adaptasi, 7, 23 artinya, istilah adaptasi dapat ditemukan pada halaman 7 dan halaman 23 di dalam buku. Indeks harus disusun secara alfabetis dan disertai nomor halaman.

Membaca indeks dapat dilakukan dengan cara membaca sekilas. Membaca sekilas indeks dilakukan dengan cara langsung mencari kata yang hendak dicari informasinya dalam daftar indeks. Di sisi kata atau istilah yang hendak dicari pasti ada nomor halaman-halaman yang memuat informasi tentang istilah atau kata tersebut. Kamu tinggal membuka nomor halaman dan membaca istilah tersebut. Indeks dapat membantumu pada saat kamu mencari keterangan, baik berbentuk kata-kata maupun gambar.

Perhatikan contoh kutipan indeks berikut!

B

Ba Boh Kayee (P-1): 15

ayah sinyak 15

boh kayee 15

dara baro 15

kawon 15

lethat pen haws 15

linto baro 15

mak sinyak 15

mak tuan 15

meulintei ba boh kayee 15

payoh nicah 15

seuramoe kene 16

seuramoe likot 16

Dikutip dari: Gatut Murniatmo, Khasanah Budaya Lokal Sebuah Pengantar untuk Memahami Kebudayaan Daerah di Nusantara, AdiCita, Yogyakarta, 2000

Berdasarkan halaman indeks tersebut, kamu dapat menemukan kata-kata Ba Boh Kayee, ayah sinyak, boh kayee, dara baro, dan kawon pada buku Khasanah Budaya Lokal Sebuah Pengantar untuk Memahami Kebudayaan Daerah di Nusantara di halaman 15. Contoh halaman indeks tersebut menginformasikan bahwa kata-kata Ba Boh Kayee, ayah sinyak, boh kayee, dara baro, dan kawon dapat kamu peroleh penjelasannya di halaman 15.

Ba Boh Kayee, upacara adat bagi dara baro yang sedang hamil tiga bulan. Upacara ini dilakukan masyarakat Aceh, khususnya masyarakat Lhong Cut. Lhong Cut merupakan komunitas kecil atau desa yang oleh masyarakat Aceh disebut gampong Lhong Cut, termasuk wilayah Kecamatan Darul Immarah, Kabupaten Aceh Besar. Jaraknya dari kota Banda Aceh sekitar 5 kilometer. Dara baro adalah sebutan bagi setiap perempuan Aceh (Lhong Cut) sebelum melahirkan anak pertamanya. Bila telah melahirkan anak pertama, ia bukan lagi disebut dara baro, tetapi mak sinyak. Sebaliknya, kaum laki-laki sebelum lahir anak pertama disebut dengan istilah linto baro dan setelah anak pertama lahir disebut dengan istilah ayah sinyak.

 

Info Sekilas

Indeks dibedakan menjadi dua.

  1. Indeks subjek
  2. Indeks pengarang

Penulisan indeks pengarang memiliki aturan seperti berikut.

  1. Jika nama pengarang hanya terdiri atas satu kata, nama pengarang ditulis apa adanya. Nama depan ditulis dengan huruf kapital.
  2. Jika nama pengarang terdiri atas dua kata, nama kedua diletakkan di depan nama pertama, antara nama kedua dan pertama disisipkan tanda koma.   
  3. Jika nama pengarang terdiri atas lebih dari dua kata, nama terakhir diletakkan di depan nama pertama dan kedua; setelah nama terakhir tersebut disisipkan tanda koma.
  4. Nama kedua dan ketiga dalam penulisannya boleh disingkat salah satu atau keduanya.
  5. Nama gelar sebaiknya tidak dicantumkan.

Evaluasi Pembelajaran 3

Agar dapat menemukan kata atau istilah penting dalam sebuah buku secara cepat, kamu dapat melakukan kegiatan membaca memindai melalui indeks.Tentu saja kegiatan tersebut dapat kamu lakukan jika diakhir buku yang kamu baca terdapat daftar indeksnya.

Lakukan kegiatan berikut!

  1. Berkunjunglah ke perpustakaan.
  2. Temukan buku yang di dalamnya terdapat indeks.
  3. Carilah lima kata tertentu sesukamu berdasarkan indeks pada halaman yang dimaksud dengan cepat dan tepat!
  4. Tulislah lima kata dan pengertiannya pada buku tulismu berdasarkan hasil penemuanmu!

Menulis

Menulis Resensi Buku Pengetahuan

Resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan buku baik fiksi maupun nonfiksi tentang keunggulan dan kelemahannya. Resensi buku identik dengan bedah buku, tinjauan buku, dan timbangan buku. Orang yang meresensi buku disebut peresensi. Ragam bahasa yang digunakan dalam meresensi buku yaitu komunikatif dan menarik. Resensi bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada pembaca agar membaca atau memiliki buku tertentu. Selain itu, resensi akan membantu penerbit atau pengarang memperkenalkan buku tersebut kepada masyarakat.

Sebenarnya menulis resensi tidak sesulit yang dibayangkan sebagian orang. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan jika akan membuat resensi buku. Langkah-langkah menulis resensi sebagai berikut.

  1. Tahap Persiapan
  1. Memilih jenis buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik jika kita fokus untuk meresensi buku-­buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Pemilihan buku ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait dengan “otoritas ilmiah”.
  2. Usahakan meresensi buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak orang yang membacanya.
  3. Membuat anatomi buku, yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut.

Judul Karya Resensi

Judul Buku      :

Penulis                        :

Penerbit           :

Harga              :

Tebal               :

  1. Tahap Pengerjaan
  1. Membaca dengan detail dan mencatat aspek-aspek penting-dalam buku yang akan diresensi. Kegiatan ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Seorang peresensi, harus membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh.
  2. Setelah membaca, peresensi mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa aspek berikut.
  1. Informasi (anatomi) awal buku (seperti format di atas).
  2. Menentukan judul resensi yang menarik.
  3. Membuat ulasan singkat buku atau ringkasan garis besar isi buku.
  4. Memberikan penilaian buku atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
  5. Menonjolkan sisi berbeda pada buku yang diresensi dengan buku lainnya.
  6. Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
  7. Mengoreksi karya resensi yakni editing kelengkapan karya, EyD, dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan.
  1. Tahap Publikasi
  1. Resensi buku disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi. Setiap media berbeda-beda dalam memberi ruang. Kita harus mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan.
  2. Menyertakan kover halaman depan buku.
  3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami jenis buku yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Kegiatan ini dilakukan untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.

Unsur-unsur resensi sebagai berikut.

  1. Identitas buku

Identitas buku mencakup judul buku, jenis buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan jumlah halaman.

Contoh:

Judul Buku  :  Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda

Penulis        : Jakob Sumardjo

Penerbit       : Kelir, Bandung

Tahun terbit : 2003, Juli

Tebal buku  : xxvii, 364 halaman

  1. Macam atau jenis buku Penulis resensi menunjukkan jenis buku yang diresensi, termasuk fiksi atau nonfiksi.
  2. Sinopsis isi buku

Dalam bagian ini peresensi mengemukakan pokok-pokok isi buku. Jika yang diresensi buku-buku fiksi, peresensi harus mengemukakan aspek-aspek berhubungan dengan masalah, watak, dan latar cerita sehingga orang lain penasaran ingin membacanya.

Contoh sinopsis buku:

Artefak berupa peninggalan arkeologi secara fisik. Di Jawa bagian barat artefak sangat minim. Oleh karena itu, pantun Sunda dapat menjadi artefak budaya Sunda. Melalui dekonstruksi pantun, kita berusaha menggali dan memahami akar budaya. Ada nilai-nilai yang harus ditinggalkan dan yang patut dipertahankan, lalu ditransformasikan.

Masyarakat di Nusantara mempunyai akar budaya yang berbeda di wilayahnya masing-masing dan semua ini harus bersatu. Persatuan itu adalah perkawinan nilai-nilai. Sama saja seperti pada kebudayaan Barat, apabila sudah berbicara falsafah hidup, mereka akan menghadirkan kembali pemikiran-pemikiran Aristoteles, Socrates, atau Plato yang hidup Sebelum Masehi. Kita tidak dapat membangun masa depan tanpa mempertimbangkan akar karena akar itulah kekuatan kita. Hidup tanpa akar akan tumbang.

  1. Kelemahan dan keunggulan buku

Penulisan resensi harus mengemukakan segi-segi menarik dari buku tersebut.

 

Contoh keunggulan buku:

Kelebihan buku Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda yaitu buku ini sebagian isinya adalah esai-esai yang pernah dipublikasikan di media cetak, tetapi diramu kembali dengan cukup apik.

Contoh kekurangan buku:

Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda adalah buku setebal ini tidak dilengkapi indeks.

  1. Kesimpulan

Penulisan resensi harus mengemukakan nilai yang diperolehnya terhadap buku yang diresensi dan imbauan-imbauan untuk pembaca.

Contoh kesimpulan:

Buku Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda sangat penting untuk dibaca agar dapat memahami pantun Sunda.

Info Sekilas

Tujuan meresensi buku sebagai berikut.

  1. Membantu pembaca yang belum memiliki kesempatan membaca buku yang dimaksud.
  2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi.
  3. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis.
  4. Bagi penulis buku diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa digunakan sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya.

Evaluasi Pembelajaran 4

Lakukan kegiatan berikut!

  1. Pinjamlah buku pengetahuan di perpustakaan sekolah!
  2. Bacalah dengan cermat buku tersebut!
  3. Identifikasilah buku yang telah kamu baca!
  4. Tentukan kelebihan dan kekurangan buku tersebut!
  5. Rangkumlah isi buku tersebut!
  6. Tuliskan tanggapanmu terhadap buku tersebut!
  7. Buatlah resensi terhadap buku tersebut!
  8. Tukarkan hasil resensimu dengan resensi temanmu. Suntinglah resensi tersebut! Aspek-aspek yang perlu kamu sunting sebagai berikut.
  1. Identitas buku.
  2. Pilihan kata.
  3. Ketepatan penggunaan EyD.
  4. Kelengkapan unsur resensi.

Ekonomi Kreatif

Kreatif

Menulis resensi dapat dilakukan oleh setiap orang. Kreativitas sangat diperlukan ketika seseorang menulis resensi. Menulis resensi memerlukan kreativitas. Sprat utama agar dapat menulis resensi adalah rajin membaca buku dan menemukan ide di lingkungan sekitarnya. Kamu harus kreatif menggali ide yang dapat mendatangkan keuntungan bagimu dan orang lain. Resensi buku yang kamu tulis dapat dimuat di surat kabar atau majalah. Kamu akan mendapatkan honorarium. Reputasimu akan dikenal para pembaca. Manfaat lain yang dapat kamu peroleh adalah kegiatan menulis resensi dapat mengembangkan kreativitasmu. Semakin sering kamu menulis resensi, kemampuan menulis dan kreativitasmu semakin terasah.

 

Kebahasaan

Menggunakan Kata yang Mengalami Pergeseran Makna

Sinestesia

Perhatikan kalimat berikut!

Wajah gadis itu sangat manis.

Kata manis pada kalimat tersebut mengalami pergeseran makna yang disebut sinestesia. Pergeseran makna sinestesia merupakan perubahan makna akibat pertukaran dua indra. Kata manis pada kalimat di atas seharusnya digunakan oleh indra perasa, bukan indra penglihatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                      BAB III

METODE PENELITIAN

 

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  di luar kota sekitar 9 km dari kota Kabupaten. SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 25 orang Guru PNS dan PHL terdiri dari 9 guru laki-laki dan 16 guru perempuan serta 5 Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 17, yang terdiri dari 6 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2016. Penelitian ini pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

 

 

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 75 %.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Model Scramble. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 75.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 75 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode ceramah pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu 7 september 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Strategi ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Strategi ceramah dengan jumlah 17 terdapat 12 siswa atau 70,6 % yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 5 Siswa atau 29,4% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 73,2. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Ahmad Handriani

80

Tuntas

2

Anggelina Sinthani

75

Tuntas

3

Arniyunia

70

Tidak Tuntas

4

Betania

75

Tuntas

5

Hengki Jrianto

60

Tidak Tuntas

6

Jaqueline Jasmine M

80

Tuntas

7

Keizia Dayana Sinthani

80

Tuntas

8

Luis Septiano

75

Tuntas

9

Manda Echa

80

Tuntas

10

Mia Angelina

75

Tuntas

11

Nuriliani

70

Tidak Tuntas

12

Prayuda

55

Tidak Tuntas

13

Riska Leoni

75

Tuntas

14

Sergioso

75

Tuntas

15

Untaiyani

80

Tuntas

16

Warno

60

Tidak Tuntas

17

Yestia Yemima

80

Tuntas

 

Jumlah

1245

 

 

Rata-rata

73,2

 

 

Ketuntasan Klasikal

70,6%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra Multikultural dengan menerapkan Model Scramble ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 73,2 dan secara klasikal sebesar 70,5%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Model Scramble dengan Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu 21 September 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Model Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Model Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Model Scramble dengan jumlah siswa 23 orang, terdapat 20 siswa atau 86,9% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 3 Siswa atau 13,1% yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata 78,5. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Dwi Citra Emanuella

85

Tuntas

2

Dimei Mulaini Hartati

80

Tuntas

3

Dawanto

75

Tuntas

4

Fisti Eirene Sabatini

80

Tuntas

5

Fransiska anugrahni

65

Tidak Tuntas

6

Heni Silvia Resti

85

Tuntas

7

Jesika

85

Tuntas

8

Kamandrai

80

Tuntas

9

Ishak stefanus

85

Tuntas

10

Kristi

80

Tuntas

11

Lucky Frit Indrawan

75

Tuntas

12

Lewin Ranai Ukip

60

Tidak Tuntas

13

Lisa Karuiya Karuhni

80

Tuntas

14

Nathanael Eka Putra

80

Tuntas

15

Resto

90

Tuntas

16

Rediano Baktianus

65

Tidak Tuntas

17

Siska Ariani

85

Tuntas

 

Jumlah

1335

 

 

Rata-rata

78,5

 

 

Ketuntasan Klasikal

82,3%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Model Scramble pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Model Scramble digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 17 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble.

 

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe   

             Model Scramble

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

16

94

1

6

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

17

16

16

17

 

100

94

94

100

 

0

1

1

0

 

0

6

6

0

 

 

Mudah

Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

16

94

1

6

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

17

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

17

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Model Scramble?

16

94

1

6

 

Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Model Scramble (Know, Want to know,

     Learner)

                                    N=Jumlah: 17 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Model Scramble dalam materi pelajaran Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Model Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

3,0

3,0

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,0

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Model Scramble dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 12 Oktober 2016 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Model Scramble, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Model Scramble, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

  1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Model Scramble. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble dengan jumlah 17 siswa, terdapat 22 siswa atau  95,6% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 4,4% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 84,3. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Dwi Citra Emanuella

90

Tuntas

2

Dimei Mulaini Hartati

85

Tuntas

3

Dawanto

80

Tuntas

4

Fisti Eirene Sabatini

85

Tuntas

5

Fransiska anugrahni

75

Tuntas

6

Heni Silvia Resti

90

Tuntas

7

Jesika

90

Tuntas

8

Kamandrai

85

Tuntas

9

Ishak stefanus

90

Tuntas

10

Kristi

85

Tuntas

11

Lucky Frit Indrawan

80

Tuntas

12

Lewin Ranai Ukip

70

Tidak Tuntas

13

Lisa Karuiya Karuhni

85

Tuntas

14

Nathanael Eka Putra

85

Tuntas

15

Resto

100

Tuntas

16

Rediano Baktianus

75

Tuntas

17

Siska Ariani

90

Tuntas

 

Jumlah

1440

 

 

Rata-rata

84,7

 

 

Ketuntasan Klasikal

94%

 

             Keterangan :

              F = Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                    Model Scramble

              N = Jumlah: 17 orang

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Model Scramble dalam materi pelajaran Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Model Scramble

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,33

3,5

3,0

3,0

Baik

Sangat Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,2

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Model Scramble. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang untuk Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra dengan model pembelajaran mengunakan ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 73,2 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 6 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 70,6% dan yang tidak tuntas 29,4%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang pada siklus 1 untuk Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra dengan model pembelajaran, Model Scramble diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 78,5 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar 82,3% dan yang tidak tuntas 17,7%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 84,7 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 94% dan yang tidak tuntas 6%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IXb SMPN 4 Tamiang Layang tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Model Scramble pada materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Model Scramble

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Model Scramble pada Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastral. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Model Scramble.

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Model Scramble yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Model Scramble mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Model Scramble disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Model Scramble. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Model Scramble, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Model Scramble bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Model Scramble, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Model Scramble dapat meningkatkan hasil belajar Materi Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra Siswa Kelas IXb  SMPN 4 Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Model Scramble sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Model Scramble disarankan untuk membikin Model Scramble yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Model Scramble. Surakarta: Tiga  Serangkai




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment