Peningkatan Hasil Belajar Melalui TGT Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang
Laporan PTK

By JUMAKIR, S Pd., MM 29 Mei 2022, 05:01:51 WIB contoh PTK
Peningkatan Hasil Belajar Melalui TGT Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang

Gambar : dok.pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang”.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar,  TGT

BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPA masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep IPA yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Pembelajaran Aktif Tipe TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Aktif Tipe TGT merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang“.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Aktif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Klasifikasi Makhluk Hidup sehingga pelajaran Materi Klasifikasi Makhluk Hidup menjadi lebih sederhana.
  3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan IPAnya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

 

      1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT)  

              

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.

Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga siswa akan berdiskusi, dan mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami konsep dan keterampilan yang dipelajarinya, Guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu benar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif dan dapat mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang lain, saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain

Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula.

Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif

Fase ke-

Indikator

Tingkah Laku Guru

1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasisiswa

Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan memotivasi siswa belajar.

2

Menyampaikan

informasi

 

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

 

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. merumuskan tujuan pembelajaran,
  2. menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar,
  3. menentukan tempat duduk siswa,
  4. merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,
  5. menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif,
  6. menjelaskan tugas akademik,
  7. menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama,
  8. menyusun akuntabilitas individual,
  9. menyusun kerja sama antar kelompok,
  10. menjelaskan kriteria keberhasilan,
  11. menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan,
  12. memantau perilaku siswa,
  13. memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas,
  14. melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,
  15. menutup pelajaran,
  16. Menilai kerja sama antar anggota kelompok.

Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong.

Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw

Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam 5 kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing.

Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,  dimana setiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing.

Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pratindakan.

Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok team recognition).

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan lebih dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

  1. Games Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 4 sampai 5 orangpeserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama.

Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.

Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,

dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.

Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

3) Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok tersebut.

Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan

Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh

Top Scorer

40

High Middle Scorer

30

Low Middle Scorer

20

Low Scorer

10

 

Taber 2.3 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan

Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh

Top Scorer

60

Middle Scorer

40

Low Scorer

20

 (Sumber : Slavin, 1995:90)

Dengan keterangan sebagai berikut :

Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor terendah).

 

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:

  1. Mengajar (teach)

Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

  1. Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.

  1. Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

  1. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut.

Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria

(Rerata Kelompok)

Predikat

30 sampai 39

Tim Kurang Baik

40 sampai 44

Tim Baik

45 sampai 49

Tim Baik Sekali

50 ke atas

Tim Istimewa

(Sumber: Slavin, 1995)

 

      1.  Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

Apersepsi

Di bumi, makhluk hidup sangat beraneka ragam dan semakin lama bertambah banyak, tentu saja keanekaragaman juga tertambah. Dengan adanya makhluk hidup yang jumlahnya berjuta-juta itu bagaimana kita akan mempelajarinya? Untuk mempelajari makhluk hidup tersebut, manusia berusaha menyederhanakan makhluk hidup dengan menggolong-golongkan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.

Di dalam kelompok yang mempunyai ciri­ciri yang sama tersebut pastilah ditemukan lagi perbedaan-perbedaan. Kemudian dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, sehingga akan diperoleh kelompok terkecil dengan persamaan ciri yang sama., Ilmu yang mempelajari pengelompokan makhluk hidup dengan suatu sistem tertentu disebut klasifikasi atau taksonomi.

Bagaimanakah sistem pengklasifikasian makhluk hidup tersebut? Apa dasar dari pengklasifikasian tersebut dan siapa tokoh yang memulai sistem pengklasifikasian tersebut? Untuk mengetahuinya, pelajarilah materi berikut dengan sungguh-sungguh!

  1. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Klasifikasi adalah kegiatan penggolongan dan pernberian nama terhadap makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya. Cabang biologi yang mempelajari tentang klasifikasi adalah taksonotmi. Pada klasifikasi, makhluk hidup yang beraneka ragam dicari persamaan ciri-cirinya. Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri-ciri tertentu dimasukkan ke dalam satu kelompok.

Contoh:

Berdasarkan jumlah keping lembaga biji, tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu tumbuhan dikotil dan monokotil. Tumbuhan dikotil adalah kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai dua keping lembaga, misalnya kacang tanah, mangga, apel, dan durian. Adapun tumbuhan monokotil adalah kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai satu keping lembaga, misalnya jagung, kelapa, dan padi.

Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.

  1. Mengelompokkan objek sehingga mempermudah dalam mempelajari dan mengenal berbagai jenis makhluk hidup.
  2. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
  3. Mengetahui manfaat makhluk hidup untuk kepentingan manusia.
  4. Mengetahui adanya ketergantungan antara makhluk hidup.

Pada abad ke-18, Carolus Linnaeus memperkenalkan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan persamaan struktur tubuhnya. Sistem klasifikasi menurut Linnaeus merupakan sistem klasifikasi buatan dengan dua kingdom.

Pada sistem klasifikasi Linnaeus, makhluk hidup yang memiliki struktur tubuh yang sama ditempatkan dalam satu kelompok. Bila dalam satu kelompok ditemukan perbedaan-perbedaan, maka dipisahkan dalam satu kelompok yang lebih kecil lagi, begitu seterusnya. Hal ini menghasilkan setiap kelompok kecil mempunyai persamaan ciri. Dengan cara seperti ini maka makhluk yang ada di permukaan bumi ini dibedakan menjadi dua kelompok dunia kehidupan besar, yaitu dunia hewan atau kingdom  Animalia dan dunia tumbuhan atau kingdom Plantae. Selanjutnya setiap dunia akan dibagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil yang disebut dengan takson-takson.

Berikut tingkatan klasifikasi (takson) dalam dunia tumbuhan dan hewan dari tingkatan tertinggi hingga terendah.

Tumbuhan

Hewan

Kerajaan (kingdom)

Kerajaan (kingdom)

Divisi (division)

Filum (phylum)

Kelas (Classis)

Kelas (Classis)

Bangsa (ordo)

Bangsa (ordo)

Suku (familia)

Suku (familia)

Marga (genus)

Marga (genus)

Jenis (species)

Jenis (species)

 

  1. Tata Cara Penamaan Ilmiah

Untuk menghiadari, kekeliruan atau kesalahpahaman mengenai suatu organisme yang dimaksud diperlukan suatu pedoman. Pedoman penamaan makhluk hidup yang berlaku di dunia saat ini adalah nama ilmiah. Nama ilmiah adalah nama makhluk hidup yang telah disepakati para ahli dalam  suatu persetujuan internasional. Kata-kata yang digunakan berasal dari bahasa Latin atau kata-kata yang dianggap bahasa Latin.

 

Glosarium

  • Binomial nomenclature : tata nama ganda
  • Seluosa : polisakarida yang dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang membentuk dinding sel.
  • Spora : alat perbanyakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang dihasilkan dengan berbagai cara pada tumbuhan rendah.

 

Beberapa alasan mengapa dalam penamaan ilmiah menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut.

  1. Agar tidak ada kekeliruan dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama makhluk hidup yang sama persis.
  2. Nama ilmiah jarang berubah.
  3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa yang sama di seluruh dunia.

 

Berikut penulisan nama ilmiah menurut persetujuan internasional yang disebut dengan tata nama ganda atau binomial nomenclature (dipelopori oleh Carolus Linnaeus).

  1. Setiap spesies diberi nama dengan dua kata dalam bahasa Latin.
  2. Kata pertama menunjukkan nama marga (genus) dan kata kedua merupakan petunjuk jenis (species). Kata pertama dimulai dengan huruf  kapital (huruf besar) dan kata kedua dimulai dengan huruf kecil.
  3. Kata ditulis menggunakan bahasa Latin dan dicetak dengan huruf yang berbeda dengan huruf lain (italic jika diketik dengan komputer) atau dapat pula dengan diberi garis bawah pads setiap kata, jika ditulis dengan tangan.

Contoh:

  1. Nama ilmiah padi adalah Oryza sativa, Oryza adalah nama marganya, sedangkan sativa merupakan penunjuk jenisnya.
  2. Nama ilmiah pisang adalah Musa paradisiaca L., nama genus pisang adalah Musa, penunjuk jenisnya paradisiaca, pengidentifikasi pertama dilakukan oleh Linnaeus (disingkat L.).

 

  1. Klasifikasi Astern Lima Kingdom

Pada tahun 1969, R. H. Whittaker membagi sistem klasifikasi menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Klasifikasi ini didasarkan ada tidaknya membran inti, cara membuat makanan, dan cara bergeraknya.

  1. Monera

Monera berasal dari kata monares yang artinya tunggal. Monera memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Tubuh terdiri dari satu sel.
  2. Inti sel tidak bermembran (prokariota).
  3. Dapat membuat makanan sendiri (autotrofik) atau mendapatkan makanan dari luar (heterotrofik).
  4. Karbohidrat disimpan sebagai cadangan makanan dalam bentuk glikogen, sedangkan lipid disimpan dalam bentuk minyak.

 

Organisme yang termasuk dalam kingdom Monera adalah macam-macam bakteri dan ganggang biru.

  1. Bakteri

Bakteri umumnya tidak memiliki klorofil dan bersifaf heterotrof. Tempat hidupnya di mana-­mana. Berdasarkan bentuk tubuhnya, bakteri dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.

  1. Bacillus, bakteri berbentuk batang atau basil.
  2. Coccus, bakteri yang berbentuk bola.
  3. Spirillum, bakteri yang berbentuk-spiral.

Bakteri ada yang bersifat menguntungkan, ada pula yang bersifat merugikan bagi kehidupan manusia.

  1. Contoh bakteri yang menguntungkan
  1. Clostridium pasteurianum dan Azotobacter chroococcum, mengikat nitrogen sehingga dapat menyuburkan tanah.
  2. Rhizobium radicicola, terdapat dalam bintil akar kacang dapat menyuburkan tanah.
  1. Contoh bakteri yang merugikan
  1. Salmonella typhosa, penyebab penyakit tipus.
  2. Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC.
  3. Clostridium tetani, penyebab penyakit tetanus
  4. Shigella dysentriae, penyebab penyakit disentri.
  1. Ganggang biru

Ganggang biru atau yang dikenal Cyanobacteria merupakan ganggang bersel satu, berbentuk koloni atau multiseluler. Ganggang biru merupakan organisme fotosintetik. Berikut contoh ganggang biru.

  1. Spirulina, dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung protein.
  2. Anabaena azollae, dapat digunakan sebagai pupuk.
  1. Protista

Protista memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Inti sel bermembran (eukariota).
  2. Tubuh terdiri atas satu sel atau banyak sel, membentuk rantai, dan memiliki bagian yang istimewa yang mengalami diferensiasi (misal, berbulu cambuk).
  3. Beberapa organisme dapat berfotosintesis dan heterotrofik.
  4. Makanan cadangan berupa lipid dan disimpan dalam bentuk minyak.
  5. Berkembang biak dengan cara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan membelah diri.

Kingdom Protista dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

  1. Protista mirip tumbuhan, dibedakan menjadi beberapa filum, di antaranya sebagai berikut.
  1. Chrysophyta (ganggang keemasan), contohnya ganggang kersik (diatom).
  2. Chlorophyta (ganggang hijau), contohnya Chlamydomonas sp., Volvox sp., Spirogyra sp.
  3. Phaeophyta (ganggang cokelat), contohnya Sargassum, Neocystis, Laminaria, Fucus.
  4. Rhodophyta (ganggang merah), contohnya Eucheuma spinosum, Gracilaria, dan Gelidium.
  1. Protista mirip hewan (Protozoa), berdasarkan cars geraknya dikelompokkan ke dalam empat filum sebagai berikut.
  1. Rhizopoda, bergerak dan menangkap mangsanya menggunakan kaki semu. Contohnya Amoeba sp., Foraminifers, dan Radiolaria.
  2. Ciliate, bergerak dan mengambil makanannya menggunakan bulu getar (silia). Contohnya Paramecium.
  3. Flagellate, bergerak dengan menggunakan bulu cambuk (flagella). Contohnya Trypanosome dart Euglena.
  4. Sporozoa, tidak memiliki alat gerak. Contohnya Plasmodium.

 

  1. Protista mirip jamur, dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
  1. Myxomycota (jamur lendir), berbentuk menyerupai lendir, umumnya ditemukan di sampah, kayu lapuk, atau serasah daun di hutan.
  2. 2) Oomycota (Jamur air), hidup di air, ditemukan pads tubuh serangga yang tergenang air.

  1. Fungi (jamur)

Fungi atau yang jugs disebut dengan nama cendawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Memiliki membran inti (prokariota).
  2. Memiliki spora.
  3. Tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof.
  4. Dinding sel dari selulosa atau kitin atau dari keduanya.
  5. Hidup di sampah, kayu lapuk, atau makanan basi dengan kelembapan yang cukup.

Berdasarkan cara reproduksi seksualnya, jamur dikelompokkan menjadi empat subdivisi sebagai berikut.

  1. Zygomycota, contohnya Rhizopus (jamur tempe).
  2. Ascomycota, contohnya Saccharomyces cerevisiae (bahan pembuat minuman beralkohol), Penicillium notatum (penghasil zat antibiotik), dan Penicillium camemberti (bahan pembuat keju).
  3. Basidiomycota, contohnya Auricularia polytricha (jamur kuping) dan Volvariella volvaceae (jamur merang).
  4. Deuteromycota, merupakan kelompok jamur yang belum diketahui jelas perkembangbiakan secara seksualnya. Contohnya Solanum sp. (penyebab penyakit pads kentang), Aspergillus flavus (menghasilkan racun aflatoksin), dan Malassezia furfur (jamur panu).
  1. Plantae

Berdasarkan pembuluh angkutnya, kingdom Plantae dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

  1. Tumbuhan tidak berpembuluh angkut, yaitu Bryophyte (tumbuhan lumut). Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Mempunyai struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun.
  2. Ukuran tubuh relatif kecil.
  3. Hidup di tempat yang lembap atau basah.
  4. Dalam daur hidupnya, mengalami pergiliran keturunan antara fase seksual dengan membentuk sel-sel gamet dan fase aseksual dengan membentuk spora.

Tumbuhan lumut dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu:

  1. Hepaticae (lumut hati), contohnya Marchantia polymorpha dan Marchantia germinata.
  2. Antocerophyta (lumut tanduk), contohnya Anthoceros.
  3. Musci (lumut daun), contohnya Polytricum dan Sphagnum fimbriatum (lumut gambut).
  1. Tumbuhan berpembuluh angkut (memiliki xilem dan floem), yaitu:
  1. Pteridophyta (tumbuhan paku) ,

Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Termasuk dalam tumbuhan berkormus.
  2. Memiliki klorofli.
  3. Berkembang biak secara vegetatif dan generatif.
  4. Umumnya hidup di darat.

Tumbuhan paku dibagi menjadi empat divisi sebagai berikut.

  1. Psilophyta, contohnya Psilotum.
  2. Lycophyta, contohnya Lycopodium dan Selaginella.
  3. Sphenophyta, contohnya Equisetum (paku ekor kuda).
  4. Pterophyta, contohnya suplir, pakis, dan paku tiang.
  1. Spermatophyte (tumbuhan berbiji)

Tumbuhan biji dikelompokkan menjadi dua subdivisi, yaitu:

  1. Gymnospermae (tumbuhan biji terbuk

Tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan yang bijinya tidak tertutup daun buah sehingga terlihat dari luar. Tumbuhan biji terbuka dibagi menjadi beberapa ordo, di antaranya sebagai berikut.

  • Cycadales, contohnya Cycas rumphii (pakis haji)
  • Gnetales, contohnya Gnetum gnemon (melinjo).
  • Coniferales, contohnya Pinus merkusii (pinus atau tusam) dan damar.
  1. Angiospdrmae (tumbuhan biji tertutup).

Tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang mempunyai biji yang terbungkus oleh daun buah. Tumbuhan biji tertutup dibagi menjadi dua kelas sebagai berikut.

  • Monocotyledonae (tumbuhan berkeping satu), contohnya Oryza sativa (suku Graminea), Cocos nucifera (suku. Palmas), Musa paradisiaca (suku Musaceae), Venda tricolor (suku Orchidaceae), Curcuma domestics '(suku Zingiberaceae).
  • Dicotyledonae (tumbuhan berkeping dua), contohnya Manihot utilissima (suku Euphorbiaceae), Pterocarpus indicus (suku Papillonaceae), Solanum meloi7gena (suku Solanaceae), Eugenia aromatics (suku Myrtaceae), Coesalpinia pulcherrima (suku Caesalpiniaceae).

Tumbuhan dikotil dan monokotil umumnya memiliki perbedaan ciri-ciri sebagai berikut.

No.

Perbedaan

Monokotil

Dikotil

  1.  

Biji

Berkeping satu

Berkeping dua

  1.  

Akar

Berakar serabut

Berakar tunggang

  1.  

Bagian Bunga

3 atau kelipatannya

4, 5, atau kelipatannya

  1.  

Kambium

Tidak terdapat

Terdapat pada akar dan batang

 

  1. Animalia

Berdasarkan ada tidaknya tulang punggung, dunia hewan dikelompokkan menjadi dua kelompok sebagai berikut.

  1. Avertebrata, yaitu kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.. Hewan tak bertulang belakang dibagi menjadi delapan filum sebagai berikut.
  1. Porifera (hewan berpori), contohnya Schyra (kelas Calcarea), Aspergillum (kelas Hexactinellidae), dan Spongia viridis (kelas Demospongiae).
  2. Coelenterate (hewan berongga), contohnya Hydra, Aurelia aunts (ubur-ubur), dan anemon laut.
  3. Platyhelminthes (cacing pipih), contohnya Planaria (kelas Turbellaria), Fasciola hepatica (kelas Trematoda), dan Taenia saginata (kelas Cestoda).
  4. Nemathelminthes (cacing gilig), contohnya Ascaris lumbricoides (cacing perut), Ancylostoma duodenale (cacing tambang), dan Oxyuris vermicularis (cacing kremi).
  5. Annelids (cacing gelang), contohnya cacing palolo dan cacing wawo (kelas Polychaeta)N~ Tubifex dan Lumbricus terestris (kelas Oligochaeta), dan Hirudo medicinalis (kelas Hirudinae).
  6. Arthropods (hewan berbuku-buku), contohnya kupu-kupu dan belalang (kelas Hexapods/ Insects), udang dan kepiting (kelas Crustacea), laba-laba dan kalajengking (kelas Arachnoidea), kelabang dan kaki seribu (kelas Myriapoda).
  7. Molluscs (hewan lunak), contohnya tiram dan kerang (kelas Pelecypoda), cumi-cumi (kelas Cephalopods), dan bekicot (kelas Gastropods).
  8. Echinodermata (hewan berkulit duri), contohnya bintang laut dan landak laut  (kelas Echinodermata).
  1. Vertebrate, yaitu kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Hewan bertulang belakang dikelompokkan menjadi lima kelas sebagai berikut.
  1. Pisces (ikan), contohnya ikan pari dan ikan hiu (subkelas Chondrichthyes), ikan gurami dan ikan bandeng (subkelas Osteichthyes).
  2. Amphibia (amfibi), contohnya salamander (ordo Urodela), katak (ordo Anura), dan Ichthyosis glutinous (ordo Apoda).
  3. Reptilia (hewan melata), contohnya ular piton dan komodo (super-ordo Squamata), penyu (ordo Chelonia), buaya (ordo Crocodilia).
  4. Aves (burung), contohnya burung merpati dan burung dara.
  5. Mammalia (hewan menyusui), contohnya Platypus (ordo Monotremata), kanguru (mamalia berkantung), trenggiling (mamalia tidak bergigi), lumba-lumba (mamalia air), singa (karnivora), dan monyet (primata).

LaTing

  1. Makhluk hidup disekitar beragam, untuk mempermudah mempelajari makhluk hidup yang beraneka ragam diperlukan pengelompokan atau klasifikasi.
  2. Klasifikasi adalah kegiatan penggolongan dan pemberian nama terhadap makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya.
  3. Setiap makhluk hidup diberi nama ilmiah. Tatan nama ilmiah yang berlaku secara internasional adalah tata nama ganda atau sistem binomial nomenclature yang dipelopori oleh Carolus Linnaeus.
  4. Tingkatan dalam klasifikasi disebut takson yang terdiri dari filum (divisi untuk tumbuhan), kelas (classis), bangsa (ordo), suku (familia), marga (genus), dan jenis ((species).
  5. Klasifikasi yang berkembang saat ini mengelompokkan makhluk hidup dalam lima kingdom (kerajaan), yaitu Monera, Protista, Jamur (Fungi), Tumbuhan (Plantae), dan Hewan (Animalia).

BAB III METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  di luar kota sekitar 9 km dari kota Kabupaten. SMPN 4 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 25 orang Guru PNS dan PHL terdiri dari 9 guru laki-laki dan 16 guru perempuan serta 5 Tenaga Kependidikan.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 26, yang terdiri dari 10 siswa laki – laki dan 16 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2014. Penelitian ini pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 5 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

 

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

 

    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Selasa 9 september 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan ceramah. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.

Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan cdramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan jumlah 25 terdapat 15 siswa atau 60% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 10 Siswa atau 40% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 66,4. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Alta Triani

70

Tuntas

2

Aman Danu

70

Tuntas

3

Anggri Galih

50

Tidak Tuntas

4

Anggi Veronicha

80

Tuntas

5

Aprilidiyani

60

Tidak Tuntas

6

Ari Hewu

70

Tuntas

7

Arissano

80

Tuntas

8

Devri Anugrahnu

50

Tidak Tuntas

9

Diah Puspita

80

Tuntas

10

Dwi okta Anuggrahnu

60

Tidak Tuntas

11

Ella Susana

70

Tuntas

12

Fajar Aprianto

50

Tidak Tuntas

13

Jesen

70

Tuntas

14

Mely Hawini

50

Tidak Tuntas

15

Mula wahyuni

70

Tuntas

16

Nanda Wulandari

60

Tidak Tuntas

17

Nia Febrianti

70

Tuntas

18

Pepinsky Aditya

60

Tidak Tuntas

19

Rito Francisco

70

Tuntas

20

Selli Talia Sari

70

Tuntas

21

Susi

70

Tuntas

22

Tania Meilanti

80

Tuntas

23

Tinto Megri

70

Tuntas

24

Robby Hanan

70

Tuntas

25

Norliani

60

Tidak Tuntas

 

Jumlah

1660

 

 

Rata-rata

66,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

60%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan menerapkan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 66,4 dan secara klasikal sebesar 60%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin 22 September 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan jumlah siswa 25 orang, terdapat 20 siswa atau 80% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 5 Siswa atau 20% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata 73. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

            Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Alta Triani

75

Tuntas

2

Aman Danu

75

Tuntas

3

Anggri Galih

60

Tidak Tuntas

4

Anggi Veronicha

85

Tuntas

5

Aprilidiyani

70

Tuntas

6

Ari Hewu

75

Tuntas

7

Arissano

85

Tuntas

8

Devri Anugrahnu

60

Tidak Tuntas

9

Diah Puspita

90

Tuntas

10

Dwi okta Anuggrahnu

70

Tuntas

11

Ella Susana

75

Tuntas

12

Fajar Aprianto

55

Tidak Tuntas

13

Jesen

80

Tuntas

14

Mely Hawini

55

Tidak Tuntas

15

Mula wahyuni

80

Tuntas

16

Nanda Wulandari

70

Tuntas

17

Nia Febrianti

75

Tuntas

18

Pepinsky Aditya

65

Tidak Tuntas

19

Rito Francisco

75

Tuntas

20

Selli Talia Sari

75

Tuntas

21

Susi

75

Tuntas

22

Tania Meilanti

85

Tuntas

23

Tinto Megri

75

Tuntas

24

Robby Hanan

70

Tuntas

25

Norliani

70

Tuntas

 

Jumlah

1825

 

 

Rata-rata

73

 

 

Ketuntasan Klasikal

80%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 25 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

Siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

24

96

1

4

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

25

24

24

25

 

100

96

96

100

 

0

1

1

0

 

0

4

4

0

 

 

Mudah

Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

20

80

5

20

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

25

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

25

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT?

24

96

1

4

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT

                                    N=Jumlah: 25 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Pembelajaran Aktif

               Tipe TGT

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.

Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Klasifikasi Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin 13 Oktober 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Aktif Tipe TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan jumlah 25 siswa, terdapat 23 siswa atau  92% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 8% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 78,8. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Alta Triani

80

Tuntas

2

Aman Danu

80

Tuntas

3

Anggri Galih

70

Tuntas

4

Anggi Veronicha

90

Tuntas

5

Aprilidiyani

75

Tuntas

6

Ari Hewu

80

Tuntas

7

Arissano

90

Tuntas

8

Devri Anugrahnu

70

Tuntas

9

Diah Puspita

100

Tuntas

10

Dwi okta Anuggrahnu

75

Tuntas

11

Ella Susana

80

Tuntas

12

Fajar Aprianto

60

Tidak Tuntas

13

Jesen

85

Tuntas

14

Mely Hawini

60

Tidak Tuntas

15

Mula wahyuni

85

Tuntas

16

Nanda Wulandari

75

Tuntas

17

Nia Febrianti

80

Tuntas

18

Pepinsky Aditya

70

Tuntas

19

Rito Francisco

80

Tuntas

20

Selli Talia Sari

80

Tuntas

21

Susi

80

Tuntas

22

Tania Meilanti

90

Tuntas

23

Tinto Megri

80

Tuntas

24

Robby Hanan

80

Tuntas

25

Norliani

75

Tuntas

 

Jumlah

1745

 

 

Rata-rata

67,1

 

 

Ketuntasan Klasikal

61,5%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe  

                   Pembelajaran Aktif Tipe TGT

              N = Jumlah: 24 orang

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dalam materi pelajaran Menentukan Luas dan Volume pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Aktif Tipe TGT

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,25

3,00

3,00

3,50

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,2

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Klasifikasi Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model pembelajaran mengunakan ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 66,4 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 60% dan yang tidak tuntas 40%.     

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang pada siklus 1 untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model Pembelajaran Aktif Tipe TGT diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 73 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 80% dan yang tidak tuntas 20%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 78,8 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 92% dan yang tidak tuntas 8%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang Layang tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menentukan Luas dan Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menentukan Luas dan Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT

        Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidupl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe

   TGT

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajaran dengan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VIIA  SMPN 4 Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT disarankan untuk membikin Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surakarta: Tiga

              Serangkai

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment