Peningkatan Hasil Belajar Lingkungan Hidup Menggunakan TGT Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima
Laporan PTK

By JUMAKIR, S Pd., MM 23 Mei 2022, 17:06:48 WIB contoh PTK
Peningkatan Hasil Belajar Lingkungan Hidup Menggunakan TGT Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima

Gambar : dok.pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima”.

 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Lingkungan Hidup Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima.

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang lebih menarik dan bervariasi.

 

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif  TGT

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Lingkungan Hidup siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPS masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPS hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Sejarah yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Lingkungan Hidup adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan Hidup siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan Hidup siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Lingkungan Hidup menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan Hidup, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Lingkungan Hidup.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Lingkungan Hidup sehingga pelajaran Materi Lingkungan Hidup menjadi lebih sederhana.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan IPSnya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

      1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperativelearning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.

Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga siswa akan berdiskusi, dan mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami konsep dan keterampilan yang dipelajarinya, Guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu benar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif dan dapat mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang lain, saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain

Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula.

Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif

Fase ke-

Indikator

Tingkah Laku Guru

1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasisiswa

Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan memotivasi siswa belajar.

2

Menyampaikan

informasi

 

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

 

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. merumuskan tujuan pembelajaran,
  2. menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar,
  3. menentukan tempat duduk siswa,
  4. merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,
  5. menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif,
  6. menjelaskan tugas akademik,
  7. menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama,
  8. menyusun akuntabilitas individual,
  9. menyusun kerja sama antar kelompok,
  10. menjelaskan kriteria keberhasilan,
  11. menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan,
  12. memantau perilaku siswa,
  13. memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas,
  14. melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,
  15. menutup pelajaran,
  16. Menilai kerja sama antar anggota kelompok.

Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong.

Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw

Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing.

Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing.

Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.

Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok team recognition).

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan lebih dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

  1. Games Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orangpeserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama.

Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal.

Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,

dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.

Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

3) Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok tersebut.

Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan

Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh

Top Scorer

40

High Middle Scorer

30

Low Middle Scorer

20

Low Scorer

10

 

Taber 2.3 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan

Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh

Top Scorer

60

Middle Scorer

40

Low Scorer

20

 (Sumber : Slavin, 1995:90)

Dengan keterangan sebagai berikut :

Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor terendah).

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:

  1. Mengajar (teach)

Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

  1. Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.

  1. Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

  1. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut.

Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria

(Rerata Kelompok)

Predikat

30 sampai 39

Tim Kurang Baik

40 sampai 44

Tim Baik

45 sampai 49

Tim Baik Sekali

50 ke atas

Tim Istimewa

(Sumber: Slavin, 1995)

 

      1. Materi Lingkungan Hidup
  1. Hakikat Lingkungan Hidup.

Selain manusia, bumf kita diisi oleh sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut, antara lain berbagai tumbuhan, hewan, dan jasad renik, sedangkan benda-benda mati yang dimaksud, antara lain udara, air, dan tanah. Mereka berhubungan dan beradaptasi satu sama lain membentuk satu sistem yang dinamakan ekosistem. Manusia merupakan salah satu anggota di dalamnya yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut. Lingkungan Hidup yang mulanya berjalan dengan seimbang, sekarang ini menjadi rusak karena ulah tangan manusia. Akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab, Lingkungan Hidup menjadi tidak seimbang sehingga menimbulkan bencana alam yang menyebabkan kerusakan dan jatuhnya korban jiwa. Untuk mengetahui permasalahan Lingkungan Hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan, simak materi berikut ini.

  1. Hakikat Lingkungan Hidup
  1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup adalah suatu daerah dengan segala sesuatu di da­lamnya, yang saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai bahan pembanding dan pemerdalam materi tentang pengertian Lingkungan Hidup, berikut ini ada beberapa pendapat tentang pengertian Lingkungan Hidup.

  1. UU No. 32 Tahun 2009

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

  1. Emil Salim

Lingkungan Hidup adalah segala benda, kondisi, atau keadaan dalam ruangan yang kita tempati yang memengaruhi kehidupan kita.

  1. Otto Sumarwoto

Lingkungan adalah semua benda yang ada di sekitar kita dan berpengaruh terhadap kehidupan kita.

Lingkungan Hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Lingkungan Hidup alamiah dan Lingkungan Hidup binaan.

  1. Lingkungan Hidup alamiah merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,keadaan, makhluk hidup, dan komponen-komponen biotik maupun abiotik lain, tanpa adanya dominasi manusi
  2. Lingkungan Hidup binaan adalah Lingkungan Hidup alamiah yang telah didominasi kehadiran manusia, termasuk teknologi, ilmu pengetahuan, ideologi, dan kependudukan.
  1. Arti Pentingnya Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia, sebab manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya Lingkungan Hidup di sekitarnya. Adapun arti Lingkungan Hidup sebagai berikut.

  1. Lingkungan sebagai Wahana bagi Kelanjutan Kehidupan

Lingkungan Hidup merupakan tempat berinteraksinya makhluk hidup yang membentuk suatu sistem jaringan kehidupan. Di dalamnya terdapat berbagai siklus yang menunjang kehidupan seperti siklus energi, siklus air, dan siklus udara.

  1. Lingkungan sebagai Tempat Tinggal

Lingkungan merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup mulai tingkat rendah sampai dengan tingkat yang tinggi. Terdapat tingkatan kelompok makhluk hidup yang hidup pada suatu wilayah, seperti berikut.

  1. Populasi adalah keompok makhluk hidup sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu daerah.
  2. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis yang menempati daerah atau kawasan tertentu.
  3. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara keseluruhan antara unsur lingkungan, tidak hanya komponen komunitas saja melainkan juga komponen nonhayati.
  4. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem berlangsung.
  1. Lingkungan sebagai Tempat Mencari Makan

Lingkungan juga merupakan tempat untuk mencari makan bagi makhluk hidup. Ini karena Lingkungan Hidup telah menyediakan berbagai makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup termasuk manusia.

  1. Unsur-Unsur Lingkungan Hidup

Unsur-unsur Lingkungan Hidup dapat dibedakan menjadi unsur fisik, hayati, dan budaya.

  1. Unsur Fisik

Unsur fisik yang terdapat dalam Lingkungan Hidup terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan senyawa kimia. Fungsi dari unsur fisik dalam Lingkungan Hidup adalah sebagai media untuk berlangsungnya kehidupan.

  1. Unsur Biotik

Unsur biotik, yaitu lingkungan berupa makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan microoorganisme. Unsur biotik sering disebut sebagai unsur hayati.

  1. Unsur Budaya

Unsur budaya, yaitu unsur lingkungan yang berda di sekitar kehidupan manusia dalam lingkungan, seperti keadaan sistem nilai-nilai, cara hidup masyarakat, adat istiadat, dan pendidikan.

  1. Permasalahan Lingkungan Hidup dan Upaya Penanggulangannya

Lingkungan Hidup yang ditempati oleh manusia dan makhluk hidup lainnya dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Hal ini tidak boleh diabaikan karena lingkungan sebagai tempat tinggal manusia yang harus terus dijaga kelestariannya.

  1. Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan sifat fisik dan/atau sifat hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi lagi dengan baik. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan dapat disebabkan karena peristiwa alam dan ulah manusia.

  1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup
  1. Letusan Gunung Api

Letusan gunung api merupakan salah satu aktivitas dari vulkanisme. Letusan gunung api merupakan gejala alam. Akibat dari letusan gunung api yang dapat merusak Lingkungan Hidup sebagai berikut.

  1. Letusan gunungapi melemparkan berbagai material padat yang erdapat di dalamnya, seperti batuan, kerikil, dan pasir yang dapat menimpa perumahan, daerah pertanian dan hutan
  2. Hujan abu vulkanis yang menyertai letusan dapat menyebabkan terganggunya pernapasan juga pemandangan yang gelap.
  3. Lava panas yang meleleh akan merusak, bahkan mematikan apa saja yang dilaluinya.
  4. Awan panas yang berhembus dengan kecepatan tinggi dan tidak terlihat mata, dapat menewaskan makhluk hidup yang dilaluinya.
  5. Aliran lahar dapat menyebabkan pendangkalan sungai sehingga ketika hujan turun menimbulkan banjir.
  1. Gempa Bumi

Gempa adalah suatu getaran atau gerak bumi sebagai akibat tenaga endongan. Gempa bumi dapat berupa gempa vulkanik, gempa tektonik, atau gempa terban (runtuhan). Pada saat gempa, terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung sebagai berikut.

  1. Tanah dipermukaan menjadi merekah sehingga dapat menyebabkan jalan raya terputus.
  2. Akibat goncangan yang hebat dapat terjadi tanah longsor yang menimbun segala sesuatu di bawahnya.
  3. Gempa juga dapat merubuhkan berbagai bangunan.
  4. Dapat terjadi banjir sebagai akibat dari susaknya tunggul bendungan.
  5. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkab tsunami, yaitu gelombang pasang di dasar laut yang melanda daerah pantai.
  1. Musim Kemarau

Musim kemarau yang terik dan panjang dapat merusak Lingkungan Hidup. Kerusakan akibat musim kemarau sebagai berikut.

  1. Tumbuh-tumbuhan banyak yang mati sehingga mengancam kehidupan makhluk lainnya.
  2. Sungai-sungai, danau-danau, dan air tanah menjadi kering sehingga dapat merugikan daerah pertanian.
  3. Sumur-sumur dan sumber air kering.
  4. Dedaunan dan batang pohon kering sehingga dapat menimbulkan kebakaran hutan.

 

  1. Banjir

Banjir sering terjadi saat musim hujan terutama ketika curah hujan tinggi. Banjir dapat merusak saluran irigasi, jembatan, jalan raya, jalan kereta api, rumah penduduk, dan areal pertanian. Disamping itu hewan dan manusia juga dapat menjadi korban atau mati akibat banjir yang besar. Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan banjir sebagai berikut.

  1. Penggundulan hutan secara tak terencana.
  2. Pembuangan sampah di sembarangan tempat.
  3. Sulit meresapnya air hujan di tanah perkotaan karena tanah perkotaan banyak tertutup semen, beton, dan aspal.
  4. Rusaknya tanggul-tanggul sungai dan banyak sungai yang dangkal dengan aliran sungai yang berkelok-kelok.
  1. Kerusakan Alam yang Disebabkan Kegiatan Manusia

Dalam memanfaatkan alam, manusia terkadang tidak memerhatikan dampak yang akan ditimbulkan. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia sebagai berikut.

  1. Kerusakan Hutan

Bentuk kerusakan hutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia sebagai berikut.

  1. Pemanfaatan sumber daya hutan secara berlebihan, contohnya penebangan pepohonan di hutan untuk keperluan industri kertas, kayu bakar, peralatan rumah tangga, dan bahan bangunan.
  2. Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian, permukiman, atau kegiatan pertambangan.

Akibat yang akan diderita karena kerusakan hutan sebagai berikut.

  1. Punahnya berbagai jenis hewan dan tumbuhan sehingga menyebabkan berkurangnya keragaman hayati.
  2. Terjadi perubahan iklim karena pengaturan kimatologis, seperti hujan, suhu, dan sinar matahari menjadi tidak berfungsi.
  3. Terjadi kekeringan pada musim kemarau dan akan terjadi banjir pada musim penghujan. Terjadi lahan kritis, tanah menjadi tidak subur sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
  1. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya limbah hasil kegiatan manusia ke dalam suatu wilayah tertentu sehingga kualitas lingkungan wilayah tersebut menjadi berubah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam Lingkungan Hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu Lingkungan Hidup yang telah ditetapkan. Sedangkan limbah adalah benda atau zat yang timbul dari hasil kegiatan manusi yang tidak digunakan lagi sehingga dibuang. Limbah tersebut terdiri atas limbah padat, cair, dan gas.

  1. Pencemaran air merupakan suatu konsentrasi pencemaran tertentu di dalam air pada waktu cukup lama untuk dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Jika pengaruh tersebut berhubungan dengan kesehatan manusia akan menimbulkan penyakit tertentu dinamakan kontaminasi. Jika pengaruh tersebut berhubungan dengan lingkungan menjadi terbatasnya air yang tersedia dan memenuhi syarat untuk digunakan dinamakan pencemaran air. Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya persediaan air yang bersih yang memenuhi syarat sehingga berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
  2. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah terjadi karena pembuangan plastik bekas pembungkus, kaleng bekas, pecahan-pecahan botol di sembarang tempat, sebab barang-barang semacam itu tidak dapat diuraikan oleh bakteri pembusuk. Tanah yang tercemar akan mengurangi kesuburan tanah.

  1. Pencemaran Suara

Pencemaran suara adalah suara yang membisingkan, seperti bunyi mesin dan klakson kendaraan. Suara yang membisingkan tersebut dapat mengakibatkan sakit jantung dan tuli.

  1. Pencemaran Udara

Hasil limbah industri, limbah pertambangan, dan asap kendaraan bermotor dapat mencemari udara. Asap-asap hasil pembuangan tersebut terdiri atas karbon monoksida, karbon dioksida, dan belerang dioksida. Karbon dioksida mengakibatkan hawa pengap dan naiknya suhu permukaan bumi. Karbon monoksida dapat meracuni dan mematikan makhluk hidup, sedangkan belerang dioksida menyebabkan udara bersifat korosif yang menimbulkan proses perkaratan pada logam. Dampak pencemaran udara, antara lain efek rumah kaca dan kerusakan lapisan ozon.

  1. Upaya Pelestarian Lingkungan

Upaya pelestarian Lingkungan Hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelestarian Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan Lingkungan Hidup terhadap tekanan perubahan dan atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Upaya pelestarian lingkungan yang langsung ditangani sebagai berikut.

  1. Upaya Pelestarian Hutan

Upaya pelestarian hutan, antara lain melalui tata guna lahan, peraturan TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), reboisasi, dan sistem tumpang sari pada pertanian.

  1. Upaya Pelestarian Tanah dan Sumber Daya Air

Upaya pelestarian tanah agar tidak terjadi erosi di daerah pegunungan diintensifkan pembuatan terassering. Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintu-pintu air, pengurangan perusakan air, penyediaan resapan air, dan pengusahaan agar penggunaan air tidak boros.

  1. Upaya Pelestarian Sumber Daya Udara

Upaya pelestarian sumber daya udara dilakukan dengan pencegahan terhadap pabrik-pabrik dengan melakukan penyaringan terhadap pembuangan gas. Selain itu, penanaman pohon-pohon pembatas jalan raya dan hutan kota sebagai paru-paru kota. Juga diadakan uji emisi buangan gas terhadap kendaraan seperti di Jakarta.

  1. Upaya Pelestarian Keragaman Hayati

Upaya pelestarian keragaman hayati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

  1. Menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui contohnya menghemat penggunaan minyak dan gas bumi dan batubara.
  2. Menggunakan saringan udara pada kendaraan bermotor, pabrik, dan dapur rumah tangga.
  3. Menanam kembali pohon muda untuk menggantikan pohon yang telah ditebang.
  4. Menggunakan air sehemat mungkin.
  1. Upaya Penanggulangan dengan Pembangunan Berkelanjutan

Kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan kerusakan Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, pembangunan Lingkungan Hidup harus berwawasan lingkungan atau berkelanjutan agar kerusakan lingkungan dapat diperkecil semaksimal mungkin.

  1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah untuk menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan ini dikenal dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien, dan memperhatikan pemanfaatannya baik untuk generasi mass kini maupun generasi yang akan datang.

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan global yang dihasilkan oleh KTT di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang di dalamnya terkandung dua gagasan penting sebagai berikut.

  1. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup, di sini yang diprioritaskan adalah kebutuhan kaum miskin.
  2. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek Lingkungan Hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan Lingkungan Hidup serta keselarnatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

  1. Ciri-Ciri dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berwawasan lingkungan memiliki karakteristik yang khas yang berbeda dengan pola pembangunan lainnya yang selama ini dilaksanakan. Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan sebagai berikut.

  1. Menjamin pemerataan dan keadilan, strategi pembangunan yang berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi, lebih meratanya kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan.
  2. Menghargai keragaman hayati merupakan dasar bagi tatanan lingkungan, pemeliharaan keragaman hayati memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan datang.
  3. Menggunakan pendekatan integratif, sehingga keterkaitan yang kompleks eatara manusia dan lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
  4. Menggunakan pandangan jangka panjang, untuk merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang mendukung pembangunan agar secara berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
  1. Penerapan Pembangunan Berkelanjutan

Upaya penerapan pembangunan berkelanjutan di lingkungan sekitar sebagai berikut.

  1. Pada daerah perkotaan yang padat penduduknya, di sepanjang jalan raya dibangun jalur hijau sebagai paru-paru kota.
  2. Pengolahan tanah di lereng-lereng pegunungan dilakukan dengan sistem terasering atau sengkedan.
  3. Di daerah pegunungan yang gundul dilakukan penghijauan dan reboisasi.

Hal yang paling penting dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan sebagai berikut.

  1. Proses pembangunan hendaknya berlangsung terus-menerus dengan ditopang oleh kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berkelanjutan.
  2. Lingkungan Hidup memiliki keterbatasan sehingga dalam pemanfaatannya akan mengalami pengurangan dan penciutan.
  3. Semakin baik kualitas lingkungan maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap kualitas hidup yang tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian.

BAB III

METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMPN 1 Benua Lima Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada  di luar kota sekitar 14 km dari kota Kabupaten. SMPN 1 Benua Lima Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup memadahi, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 17 orang Guru Tetap terdiri dari 7 guru laki-laki dan 10 guru perempuan serta 3 Tenaga administrasi.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 26, yang terdiri dari 13 siswa laki – laki dan 13 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Nopember 2015. Penelitian ini pada materi Materi Lingkungan Hidup Multikultural diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas subkonsep Materi Lingkungan Hidup.

 

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Lingkungan Hidup secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 5 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Lingkungan Hidup dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :             P = Prosentase

                                                         F = frekuensi tiap aktifitas

                                                          N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

              1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada Materi Lingkungan Hidup sub (1) Kerja Sama di Lingkungan Rumah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Sabtu 4 september 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima dalam kegiatan belajar mengajar IPS. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan jumlah 26 terdapat 19 siswa atau 73% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 7 Siswa atau 27% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 70,3. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

              Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Andriano

70

Tuntas

2

Demis Yosua Saisab

65

Tidak Tuntas

3

Iin Wahyuni

70

Tuntas

4

Indah Yulianti

70

Tuntas

5

Joan Antoni

80

Tuntas

6

Ketut Satria

65

Tidak Tuntas

7

Kristina Iyuti

75

Tuntas

8

Lidya Maria

80

Tuntas

9

Latriako

70

Tuntas

10

Maria Marahantini

75

Tuntas

11

Mealdy Ardinata

70

Tuntas

12

Meryinnda Evilaloka R

85

Tuntas

13

Michael A.M

60

Tidak Tuntas

14

Misayani Febrianty

80

Tuntas

15

Nuni Ujurni

70

Tuntas

16

Oktavianus A.H

65

Tidak Tuntas

17

Refael Ramadano

80

Tuntas

18

Rey Pentera ZL

65

Tidak Tuntas

19

Rika Leluni

70

Tuntas

20

Risma Frisly

60

Tidak Tuntas

21

Samuel

75

Tuntas

22

Sintya P

70

Tuntas

23

Steve Immanuel

75

Tuntas

24

Tressa Anugrahni

60

Tidak Tuntas

25

Ukat Susanto

75

Tuntas

26

Virian Gloria

60

Tidak Tuntas

 

Jumlah

1840

 

 

Rata-rata

70,8

 

 

Ketuntasan Klasikal

73%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Lingkungan Hidup Multikultural dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 70,8 dan secara klasikal sebesar 73%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Lingkungan Hidup.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Lingkungan Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

             Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Lingkungan Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Materi Lingkungan Hidup Multikultural sub (3) Kerja sama di Lingkungan Sekolah. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu 18 September 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPS. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan jumlah siswa 26 orang, terdapat 21 siswa atau 81% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 5 Siswa atau 19% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

              Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Andriano

75

Tuntas

2

Demis Yosua Saisab

70

Tuntas

3

Iin Wahyuni

80

Tuntas

4

Indah Yulianti

80

Tuntas

5

Joan Antoni

80

Tuntas

6

Ketut Satria

65

Tidak Tuntas

7

Kristina Iyuti

80

Tuntas

8

Lidya Maria

85

Tuntas

9

Latriako

70

Tuntas

10

Maria Marahantini

80

Tuntas

11

Mealdy Ardinata

75

Tuntas

12

Meryinnda Evilaloka R

100

Tuntas

13

Michael A.M

65

Tidak Tuntas

14

Misayani Febrianty

90

Tuntas

15

Nuni Ujurni

70

Tuntas

16

Oktavianus A.H

70

Tuntas

17

Refael Ramadano

85

Tuntas

18

Rey Pentera ZL

65

Tidak Tuntas

19

Rika Leluni

70

Tuntas

20

Risma Frisly

75

Tuntas

21

Samuel

85

Tuntas

22

Sintya P

80

Tuntas

23

Steve Immanuel

80

Tuntas

24

Tressa Anugrahni

65

Tidak Tuntas

25

Ukat Susanto

90

Tuntas

26

Virian Gloria

65

Tidak Tuntas

 

Jumlah

1995

 

 

Rata-rata

76,7

 

 

Ketuntasan Klasikal

81%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada Materi Lingkungan Hidup pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 26 siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Lingkungan Hidup, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT).

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe  

             Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

25

96

1

4

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

26

24

25

26

 

100

92

96

100

 

0

2

1

0

 

0

8

4

0

 

 

Sulit

Tidak Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

24

92

2

8

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

26

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

26

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)?

25

96

1

4

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran 

     Menggunakan Strategi TGT

                                           N=Jumlah: 26 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam materi pelajaran Lingkungan Hidup pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Strategi KWL (Know,

                Want to know, Learner)

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

RPP I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0            -             1,49       =            kurang baik

1,5         -             2,49       =            Cukup

2,5         -             3,49       =            Baik

3,5         -             4,0         =            Sangat Baik

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Lingkungan Hidup dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Lingkungan Hidup.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Lingkungan Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

             Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Lingkungan Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Lingkungan Hidup sub (3) Kerja Sama di Lingkungan Kelurahan/Desa. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu 9 Oktober 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), pertama-tama guru membagi siswa dalam 7 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPS. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan jumlah 26 siswa, terdapat 24 siswa atau  92% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 8% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 80,2. Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

 

 

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Andriano

80

Tuntas

2

Demis Yosua Saisab

70

Tuntas

3

Iin Wahyuni

85

Tuntas

4

Indah Yulianti

80

Tuntas

5

Joan Antoni

90

Tuntas

6

Ketut Satria

80

Tuntas

7

Kristina Iyuti

80

Tuntas

8

Lidya Maria

85

Tuntas

9

Latriako

80

Tuntas

10

Maria Marahantini

80

Tuntas

11

Mealdy Ardinata

80

Tuntas

12

Meryinnda Evilaloka R

100

Tuntas

13

Michael A.M

65

Tidak Tuntas

14

Misayani Febrianty

100

Tuntas

15

Nuni Ujurni

70

Tuntas

16

Oktavianus A.H

70

Tuntas

17

Refael Ramadano

85

Tuntas

18

Rey Pentera ZL

80

Tuntas

19

Rika Leluni

80

Tuntas

20

Risma Frisly

70

Tuntas

21

Samuel

85

Tuntas

22

Sintya P

80

Tuntas

23

Steve Immanuel

80

Tuntas

24

Tressa Anugrahni

75

Tuntas

25

Ukat Susanto

90

Tuntas

26

Virian Gloria

65

Tidak Tuntas

 

Jumlah

2085

 

 

Rata-rata

80,2

 

 

Ketuntasan Klasikal

92%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe 

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

                N = Jumlah: 26 orang

 

 

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam materi pelajaran Lingkungan Hidup pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,26

2,75

2,75

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,126

Baik

Keterangan :

0            -             1,49       =            kurang baik

1,5         -             2,49       =            Cukup

2,5         -             3,49       =            Baik

3,5         -             4,0         =            Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Lingkungan Hidup  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Lingkungan Hidup.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Lingkungan Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Lingkungan Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima untuk Materi Lingkungan Hidup dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 70,3 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 81% dan yang tidak tuntas 19%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima pada siklus 1 untuk Materi Lingkungan Hidup dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 80,2 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 92% dan yang tidak tuntas 8%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Lingkungan Hidup sub (3) Kerja Sama di Lingkungan Kelurahan/Desa diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 80,0 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 3 orang dengan ketuntasan belajar 88% dan yang tidak tuntas 12%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas VIIIb SMPN 1 Benua Lima tahun pelajaran 2015/2016 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Lingkungan Hidup. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Lingkungan Hidup. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT).

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada materi Lingkungan Hidup menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

         Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada Materi Lingkungan Hidupl. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

         Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

         Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT). Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                    Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Materi Lingkungan Hidup Siswa Kelas VIIIb  SMPN 1 Benua Lima.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang 

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif  

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surakarta: Tiga Serangkai




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment