Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah

By JUMAKIR, S Pd., MM 29 Mei 2021, 13:01:37 WIB model pbm
Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Gambar : Foto Kumpulan Model PBM


KANGJO.NET, Tamiang Layang. Pembelajaran Berbasi Masalah atau Problem Based Learning (PBL) sebagai rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Pembelajaran Berbasis masalah. Pertama , Pembelajaran berbasis Masalah merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran artinya da;am implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah tidakmengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, muencatat, kemudian menghapal materi pembelajaran, akan tetapi melalui Pembelajaran Berbasis  Masalah siswa aktif berpikir,  berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinta tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara  ilmiah.  Berpikir dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah proses berpikir induktif dan deduktif.  Peoses  berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu;sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

 

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah nyata hanya di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

  • Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
  • (2) Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
  • (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Ada lima  strategi dalam memenggunakan Model Pembelajaran Berbasis  Masalah.

  1. Permasalahan sebagai kajian
  2. Permasalahan  sebagai penjajakan pemahaman .
  3. Permasalahan sebagai contoh.
  4. Permasalah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
  5. Permasalah sebagai stimulus aktifitas autentik.

Peran guru, peserta didik,  dan masalah dalam pembelajaran berbasi masalah dapatdigambarkan sebagai berikut.

Guru sebagai pelatih

Perserta didik sebagai problem solver

Maslah sebagai awal tantangan dan motovasi

Bertanya tentang pemikiran

Memenitor pembelajaran

Menantang peserta didik untuk berpikir

Menjaga agar peserta didik terlibat

Mengatur dinamika kelompok

Menjaga berlangsungnya proses.

Peserta yang aktif

Terlibat langsung dalam pembelajaran

Membangun pembelajaran.

Menarik untuk dipecahkan

Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

           

  1. Tujuan dan hasil dari model PBL ini adalah :
  1. Ketrampilan berpikir dan ketrampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
  2. Pemodelan peranan orang dewasa.

Pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal deengan aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. 

Berikut ini aktifitas-aktifitas mental di luar sekolah yang dapatdikembangkan,

- Pembelajaran berbasis masalah  mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.

- Pembelajaran berbasis masalah memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap daoat memahami peran yang diamati tersebut.

-Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memu ngkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tenta ng fenomena itu.

            3.  Belajar Pengarahan Sendiri ( self directed learning).     

Pembelajaran Berbasis Masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat  menentukan  sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,  di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut:

  1. Kurikulum : PBL Memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat.
  2. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya.
  3. Realisme : Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini me ngintergrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
  4. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan perserta untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembekajaran yang mandiri.
  5. Umpan Balik : diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap  para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
  6. Ketrampilan  Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan  saja, tetapi juga mempunyai pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada ketrampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, self-management.
  7. Driving Questins : PBL difokuskan pada pertanyaan atau pada permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahn dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
  8. Constructive Investigations : sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta diidk.
  9. Autonomy : proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

 

Langkah – Langkah operasional dalam proses pembelajaran

1. Konsep Dasar (Basic Concept)

   Fasilitator  memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

   Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat

Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

   Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

   Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

   Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assessment)

   Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Contoh Penerapan

Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

 Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Masalah  di dasarkan pada kemampuan siswa mengkonfrontasi pada isu-isu dan problem  nyata yang terjadi disekitar mereka. Sehingga mereka dapat menemukan makna dari penentuan bagaimana mereka mengatasi isu-isu/problem  dan melakukan kerja sama untuk mengembangkan solusi /pemecahan permasalahan.

  • Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
  • Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

  • Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
  • Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.

SUMBER:

  • Das Salirawati.2009. Penerapan Poblem Based Learning sebagai upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah,Makalah.
  • Ibrahim, M dan Nur.2001.Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya :university Press
  • Rachmadiarti,Fida.2001. Pembelajaran Kooperatif.Jakarta:Depdiknas
  • Sudjana,D.1982. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah.Bandung:Lembaga Penelitian Ikip Bandung
  • Sanjaya,Wina.2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pengajaran.Jakarta : Kencana
  • Trianto, 2007. Model Pembelajaran terpadu dalam teori dan paktek.Surabaya:Prestasi Pustaka
  • Warsita, bambang.2008. Teknologi Pembelajaran Landasan  dan Aplikasinya.Jakarta:Rineka Cipta
  • Yamin, Martinis.2011. Paradigma   Baru Pembelajaran.Jambi:Gaung PersadaPress

 

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

Write a comment

Ada 26 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment