Model Pembelajaran Auditory, Intelectualy,Repetition (AIR)
Model Pembelajaran Auditory, Intelectualy,Repetition (AIR)

By JUMAKIR, S Pd., MM 29 Mei 2021, 13:02:33 WIB model pbm
Model Pembelajaran Auditory, Intelectualy,Repetition (AIR)

Gambar : Foto Kumpulan Model PBM


KANGJO.NET, Tamiang Layang. Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari auditory, Intelectualy dan Repetition. Belajar model auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar auditory  sangat dianjurkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti. Sementara menurut Erman Suherman (2008) auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.

Menurur Dave Meier (2003: 99) intelectulay menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran sustu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit diberikan, maupun Ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectulay  juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya memalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, enemukan, mencipta, mengontruksi, memecahkanmasalah dan menerapkan.

Menurut Erman Suherman (2008) repetition merupakan pengulangan, dengann tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingatkan apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang akan dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.

 

Langkah-langkah:

  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota.
  2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory).
  4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapatkan soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah (intellectualy).
  6. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

Kelebihan:

  • Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  • Siswa memilii kesempatan lebiih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara koprehensif.
  • Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  • Siswa secara intrinsiktermotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  • Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Kekurangan:

  • Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah. Upaya untuk memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapatmenemukan masalah tersebut.
  • Mengemukakan masalah yang langsung dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  • Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban siswa lain yang kurang paham.

 

SUMBER:

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment