Contoh PTK Guru SD Kelas 4
Penelitian Tindakan Kelas

By JUMAKIR, S Pd., MM 19 Mei 2022, 18:13:54 WIB contoh PTK
Contoh PTK Guru SD Kelas 4

Gambar : dok. pribadi


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Kisah Nabi Ayub, Nabi Musa, Dan Nabi Isa Menggunakan Strategi SAL Siswa Kelas IV SDN 1 Magantis”.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Materi Kisah Abu Lahab, Abu Jahal, dan Musailamah Al-Kazab Menggunakan Strategi SAL Siswa Kelas IV SDN 1 Magantis.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Strategi SAL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Kisah Abu Lahab, Abu Jahal, dan Musailamah Al-Kazab Siswa Kelas IV SDN 1 Magantis..

Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Strategi Student Active Learning (SAL) untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Strategi Student Active Learning (SAL) yang lebih menarik dan berIariasi.

Kata kunci: Hasil Belajar, Strategi SAL

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional  juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas IV SDN 1 Magantis, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

  1. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Agama Islam masih rendah,
  2. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,
  3. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Islam hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat  konsep–konsep Agama Islam yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian  terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas IV SDN 1 Magantis “.

    1. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat meningkatkan hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS siswa Kelas IV SDN 1 Magantis?”

    1. Tujuan Penelitian

Meningkatkan  hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL siswa Kelas IV SDN 1 Magantis.

    1. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.
  2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS sehingga pelajaran Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS menjadi lebih sederhana.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori
      1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

  1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

  1. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu:

  1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

  1. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana,  melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

  1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

      intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

      dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

      setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

  1. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
  2. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
  3. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.
  4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh  karena itu,  guru  diharapkan  dapat mencapai hasil belajar,  

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai 

dengan ciri-ciri  tersebut di atas.

      1. Model Pembelajaran SAL

Pembelajaran SAL adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal menurut Gagne dan Briggs (dalam Suyatno, 2011: 10).

Pembelajaran aktif (Active Learning) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan sesuatu dan berfikir mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan demikian esensi pembelajaran aktif sesungguhnya adalah belajar bagaimana belajar (lear how to learn). Bruce Lee menegeskan bahwa “learning is definitely not more imitation, nor is it the ability to accumulate and regurgitate fixed knowledge. Learning is constant process of discovery, a process without end”. (Beattie, 2005)

Definisi ini memberikan pengertian bahwa pembelajaran bukan hanya sekedar menirukan, mmengakumulasikan dan mengulang informasi dan pengetahuan yang telah diterima, akan tetapi belajar itu lebih kepada proses yang berkelanjutan untuk menemukan sesuatu informasi. Belajar adalah sebuah proses tiada henti. Pengertian ini memberikan arti bahwa belajar adalah aktifitas yang dilakukan siswa bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Lebih detail, Ujang dkk mendefinisikan active learning atau pembelajaran aktif sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi (peristiwa, fakta, persepsi, pendapat, perspektif, sikap, perilaku, data, proposisi, kaidah, norma, nilai, paradigma) yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar. Kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar si pembelajar, sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal baru (Sukandi, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kesimpulan ini memberikan pemahaman bahwa:

  1. Aktifitas belajar dilakukan siswa.
  2. Belajar lebih pada proses menemukan.
  3. Tugas guru adalah menciptakan suasana belajar bagi siswa.

Penerapan active learning di kelas didasarkan pada prinsip bahwa belajar terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran konstektual). Selain itu melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata hasil belajar akan lebih optimal dan bermakna bagi siswa (Stanford, 2007).

 

1.    Indikator Student Active Learning

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:

  1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap siswa mempunyai beberapa kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan setiap kecerdasan tersebut harus dikaitkan antara satu domain yang lain seperti ketika siswa berdiskusi, maka disamping mereka ada beberapa kemampuan yang dikembangkan yang saling terkait diantaranya kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, kemampuan logika, menganalisa, kemampuan bahasa dan lain-lain.
  2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Pembelajaran akan menarik siswa jika sesuai dengan dunia siswa. Untuk itu proses pembelajaran hendaknya didekati dari kegemaran dan kesenangan.
  3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan memberikan tantangan bagi siswa, dengan tantangan itu siswa akan termotivasi untuk mengikuti proses tersebut hingga akhir pelajaran.
  4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Aktifitas belajar aktif hendaknya melibatkan setiap individu di kelas. Sehingga tidak ada siswa yang mendominasi proses pembelajaran di kelas, dengan demikian setiap siswa akan bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing baik secara fisik maupun pikiran.
  5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran aktif siswa akan berperan aktif dalam mencari informasi secara mandiri, kreatif dan bertanggungjawab.
  6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan hasilnya.
  7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam merespon informasi.
  8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
  9. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
  10. Mendorong siswa agar tidak takut berbuat salah.
  11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
  12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pemasangan, kelompok, dan atau seluruh kelas. Pembelajaran aktif hendaknya memberikan pengalaman belajar kepada siswa secara individual, kompetisi dan kerjasama.
  13. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan kinerja mereka, bukan hasilnya.
  14. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator dariproses berfikir adalah “pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus merangsangkan siswa untuk selalu bertanya sehingga otak siswa akan terus bekerja. Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan siswa dalam merespon informasi.
  15. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas siswa dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap suatu kasus atau teknik yang lain.
  16. Mendorong peserta didik mengekspresikan gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian dan atau permainan.
  17. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap karya siswa akan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Apapun hasil karya siswa, siswa patut untuk dihargai.

2.  Suasana Pembelajaran Student Active Learning

Suasana yang diharapkan dalam SAL adalah Suasana yang membuat siswa melakukan:

  1. Pengalaman

Anak belajar banyak melalui berbuat. Pengalaman langsung/nyata mengaktifkan lebih banyak indera. Ada interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan oleh guru agar siswa mendapat pengalaman belajar.

Siswa

  • Melakukan pengamatan
  • Melakukan percobaan
  • Membaca
  • Melakukan wawancara
  • Membuat sesuatu

Guru

  • Menciptakan kegiatan yang beragam.
  • Mengamati siswa bekerja dan sesekali mengajukan pertanyaan menantang.

 

  1. Interaksi

Ada suasana diskusi, saling bertanya dan saling mempertanyakan pendapat, ide dan gagasan, agar dapat membangun hubugan?hubungan baru dan  berani mengungkapkan pendapat tanpa rasa takut.

Pada saat orang lain mempertanyakan pendapat kita atau apa yang kita kerjakan, maka kita akan terpacu untuk menjelaskan lebihh lanjut sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik. Berikut adalah hal-­hal yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat melakukan interaksi:

Siswa

  • Berdiskusi

Guru

  • Mendengarkan dan sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang
  • Mengajukan pertanyaan
  • Mendengarkan, tidak menertawakan dan memberi kesempatan lebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawab.
  • Meminta pendapat orang lain
  • Mendengarkan
  • Meminta pendapat siswa lain
  • Memberi komentar
  • Mendengarkan, sesekali mengajukan pertanyaan yang menantang, memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi pendapat tentang komentar tersebut
  • Bekerja dalam kelompok
  • Berkeliling ke kelompok, sesekali duduk bersama, mendengarkan perbincangan kelompok dan sesekali memberi komentar atau mengajukan pertanyaan yang menantang

 

 

 

  1. Strategi SAL: Modelling the Way

Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan student active learning dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (dalam Hartono, 2001: 3) mengemukakan 101 bentuk strategi yarg dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuannya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat di capai oleh anak. Berdasarkan tujuan dan karakteristiknya, strategi SAL digolongkan menjadi 5 kelompok, sebagai berikut:

  1. Based on Card
  1. Question student have
  2. Index card match
  3. Card sort
  4. Everyone is teacher here
  5. Billboard ranking
  1. Based on Discussing
  1. Active debate
  2. Point counter point
  3. Jigsaw learning
  4. The power of two
  5. Active knowledge sharing
  1. Based on Text
  1. Scrabble text
  2. Crossword puzzle
  3. Reading guide
  4. Guide note taking
  1. Based on Demonstration
  1. Modelling the way
  2. Silent demonstration
  1. Based on Question
  1. Giving question and getting answer
  2. Information search
  3. Planted question
  4. Learning. start with question

Based on Demontration (Berbasis Demonstrasi)

Nama Strategi         :  Modelling The Way (Membuat Contoh Praktik)

Tujuan                     :  Untuk mempraktikkan keterampilan spesifik untuk dipelajari di kelas melalui dernonstrasi, dengan memberikan kebebasan kepada siswa menentukan skenarionya sendiri.

Letak Kegiatan        :  Kegiatan inti

Aplikasi                   :  Seluruh bidang studi

Langkah-langkah    :

  1. Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menurut siswa untuk mencoba/mempraktikkan keterampilan yang baru diterangkan.
  2. Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok-kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan skenario yang dibuat.
  3. Beri siswa waktu 10 - 15 menit untuk menciptakan skenario kerja.
  4. Beri waktu 5 - 7 menit untuk berlatih.
  5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja masing­masing. Setelah demonstrasi selesai, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan kepada setiap demonstrasi yang dilakukan.
  6. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi

Variasi:

  1. Jumlah anggota bisa lebih banyak dengan menambah peran sebagai pengarang skenario, sutradara dan penasehat.
  2. Ciptakan skenario spesifik dan tujuan tertentu (Suyatno, 2011 : 45).

2.3 Hasil Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam juprimalino.blogspot.com, 2011), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran,

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan efektif.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa Setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:

  1. Keterampilan dan kebiasaan
  2. Pengetahuan dan pengertian
  3. Sikap dan cita-cita

(www.blogspot.corn/2017/05/ Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ah1i html.scribd.com).

 

      1. Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS

Tahukah kamu cerita Nabi-nabi terdahulu? Perlu kamu ketahui bahwa setiap umat mendapat utusan seorang rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan bagia kaumnya. Para Rasul sebagai pembimbing kaumnya menuju jalan yang benar yaitu menyembah Allah SWT semata.

Sebagai seorang muslim yang taat, kita wajib untuk mengetahui kisah tentang Nabi-nabi Allah, mengimaninya serta menjadikannya sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pembahasan di kelas 4, kita telah mengetahui kisah Nabi Adam AS, Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Isa AS. Nah, pada pembahasan ini kita akan mengetahui kisah-kisah Nabi lainnya, yaitu Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.

Kisah-kisah mereka sangat menarik untuk dipelajari. Banyak hikmah dan teladan yang dapat kita ambil dari kisah mereka. Yuk, kita pelajari!

Ilustrasi di atas menggambarkan

ketika Nabi Musa AS dihanyutkan ke sungai Nil

 

  1. Kisah Nabi Ayub AS

Nabi Ayub putra dari Nabi Ishak bin Ibrahim AS. Beliau seorang Nabi yang kaya raya. Sawah dan ladangnya sangat luas, tanamannya subur, dan binatang ternaknya sangat banyak. Beliau mempunyai beberapa putra yang baik dan berbudi.

Nabi Ayub seorang yang suka mendermakan hartanya untuk fakir miskin, yatim piatu, dan memuliakan tamu. Kekayaan yang dimiliki tidak melalaikan ibadahnya kepada Allah dan tidak menyebabkan ia sombong.

 

Ihtam

Istri Nabi Ayub yang sangat setia menemani dan merawatnya bernama Rahmah.

Karena kemuliaan Nabi Ayub tersebut Allah memberikan beberapa ujian kepadanya melalui permohonan setan, di antaranya :

  1. Allah memberikan cobaan dengan mengambil semua harta Nabi Ayub AS. Walaupun hartanya habis dan jatuh miskin, Nabi Ayub tetap teguh imannya.
  2. Semua putra dan putri kesayangan Nabi Ayub yang patuh dan berakhlak mulia meninggal dunia. Walaupun demikian Nabi Ayub tetap menghadapinya dengan rela dan sabar.
  3. Allah mencoba Nabi Ayub dengan menderita sakit kulit selama kurang lebih 7 tahun. Kondisi Nabi Ayub sangat memprihatinkan. Tubuh Nabi Ayub AS tidak ada yang utuh kecuali lisan dan hatinya. Walaupun dengan kondidi demkian, beliau tetap teguh imannya dan bertambah ibadahnya.

Kemalangan yang diderita oleh Nabi Ayub AS membuat semua saudara, dan bahkan istrinya menjauhinya, kecuali istri yang sangat setia dan penyabar yaitu Rahmah. Rahmah dengan sabar merawat Nabi Ayub AS. Melihat hal demikian, setan menggoda Rahmah, sehingga lama kelamaan ia enggan merawatnya. Nabi Ayub marah dan mengatakan ”Kalau saya sembuh engkau akan aku pukul seratus kali”. Kemudian Nabi Ayub berdoa agar penyakitnya cepat sembuh. Semua ujian itu adalah permohonan setan pada Allah karena setan iri terhadap Nabi Ayub AS.

Sebagaimana firman Allah SWT:

Wazkur ‘abdana Ayyuba iz nada rabbahu anni massaniyasy syaitanu binusbiw wa azabin

Artinya:

Ingatlah ketika Ayub menyeru kepada Tuhannya: Ya Tuhan! Aku dapat penyakit dan cobaan dari setan dengan penderitaan dan bencana” (Q.S.Sad:41)

 

Doa Nabi Ayub AS dikabulkan oleh Allah SWT dan beliau bisa sembuh seperti sedia kala. Kekayaannya kembali seperti dulu lagi dan dianugerahi kekayaan yang berlipat ganda. Sebagaimana firman Allah SWT:

Urkud birijlika haza mugtasalun baridun wa syarabun. Wawahabna lahu ahlahu wa mislahum ma’ahum rahmatan minna ...

Artinya:

(Allah berfirman): “inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”. Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari kami.” (Q.S.Sad:42-43)

Ilustras di atas menggambarkan ketika Rahmah merawat Nabi Ayub AS

  1. Kisah Nabi Musa AS
  1. Kelahiran Nabi Musa AS

Nabi Musa anak dari Imran bin Yasar. Ibunya bernama Yukabad binti Dahat dari keturunan Bani Israil. Nabi Musa dilahirkan di Mesir yang ketika itu di bawah kepemimpinan Raja Fir’aun yang zalim. Fir’aun seorang yang takabur, sombong, dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Bagi orang yang tidak patuh dan tidak mempercayai dia sebagai Tuhan akan dihukum mati.

Pada suatu malam Fir’aun bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat negeri Mesir hangus terbakar. Semua rakyatnya mati kecuali dari Bani Israil. Setelah bangun, ia segera memerintahkan para ahli nujum untuk mencari tahutafsir tentang mimpinya itu. Para ahli nujum memberitahu bahwa mimpi itu memberi isyarat akan datangnya seorang laki-laki dari Bani Israil yang menjatuhkan kekuasaan Raja Fir’aun.

Mendengar hal tersebut, Raja Fir’aun segera memerintahkan bala tentaranya untuk membunuh bayi laki-laki yang baru lahir. Mendengar keputusan Raja Fir’aun, ibu Nabi Musa merasa takut jika nanti melahirkan bayinya dibunuh. Setelah Yukabad melahirkan bayi yang diberi nama Musa, Allah mengilhamkan agar bayi itu dihanyutkan ke sungai Nil. Atas izin Allah, bayi itu dibawa arus dalam sebuah peti menuju kolam pemandian istana Fir’aun. Peti itu ditemukan istri Raja Fir’aun yang bernama Siti Asiah. Ia membawa bayi itu ke hadapan Raja Fir’aun dan hampir saja membunuhnya. Asiah berkata “Janganlah engkau bunuh bayi ini karena saya menyayanginya. Sebaiknya kita jadikan anak. Bukankah kita tidak mempunyai anak?” Sejak itulah Musa menetap di istana Fir’aun dan menjadi anak angkatnya.

  1. Masa Dewasa Nabi Musa AS

Setelah Musa dewasa, Allah memberikan anugerah kepadanya berupa ilmu pengetahuan dan hikmah. Sebagaimana firman Allah SWT:

Wa lamma balaga asyuddahu wastawa atainahu hukmaw wa ilma  wa kazalika najzil muhsinina

Artinya:

“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya kami berikan kepadanya hikmah dan pengetahuan dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Qasas: 14)

 

Pada suatu ketika, Nabi Musa berjalan-jalan melihat keadaan kota. Tiba-tiba, ia bertemu dengan dua orang yang sedang berkelahi. Satu orang golongan Qibti (golongan kerajaan) yang satu dari golongan Bani Israil (golongan Nabi Musa). Ketika Nabi Musa AS hendak mendamaikan keduanya, orang Qibti tidak mau berdamai. Dia sangat sombong karena merasa berasal dari golongan raja. Karena tidak mau, Nabi Musa AS menamparnya hingga jatuh dan meninggal.

Nabi Musa AS menyesali kejadian itu. Ia pun memohon ampun kepada Allah, sebagaimana yang tertera  dalam Al-Qur’an Surah Al-Qasas ayat 16:

Qala rabbi inni zalamtu nafsi fagfirli fagafara  lahu innahu huwal gafurur Rahim.

 

Artinya:

“Musa berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya. Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Qasas: 16)

Berita kematian orang Qibti itu sampai kepada Fir’aun. Ia memerintahkan tentaranya untuk menangkap Nabi Musa AS. Tetapi sebelum itu terjadi, ada seseorang yang memberitahu tentang rencana Fir’aun. Dia menyarankan agar Nabi Musa AS segera meninggalkan Mesir. Nabi Musa AS pun menurutinya. Ia pergi sejauh-jauhnya tanpa tahu arah yang dituju. Nabi Musa AS berhenti di sebuah tempat. Di sana ia melihat banyak penggembala sedang mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Di antaranya ada dua orang gadis yang sedang menunggu. Nabi Musa AS pun menolong kedua gadis tersebut. Kemudian Nabi Musa AS ditawari untuk singgah di rumah orang tua kedua gadis itu, yang tidak lain adalah Nabi Syu’aib AS. Akhirnya Nabi  Syu’aib AS mengambil Nabi Musa AS untuk menjadi menantunya.

Ilustrasi di atas menggambarkan ketika Nabi Musa AS membantu kedua anak Nabi Syuaib AS

 

  1. Kisah Nabi Isa AS
  1. Kelahiran Nabi Isa AS

Nabi Isa AS lahir di kota Betlehem atau Palestina pada tahun 622 sebelum Masehi. Nabi Isa adalah putra dari Maryam. Kakeknya bernama Imran yaitu seorang tokoh Bani Israil. Sejak Imran meninggal, Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria di lingkungan Baitul Maqdis. Selama hidupnya diisi dengan beribadah kepada Allah SWT dan tidak pernah berhubungan dengan laki-laki.

Suatu ketika, Malaikat Jibril diutus Allah SWT untuk memberi kabar bahwa Maryam akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Mendengar berita itu, Maryam merasa bingung dan bertanya: “Mungkinkah aku akan mempunyai seorang anak sedang aku belum bersuami?” Malaikat Jibril pun menjelaskan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Jika Allah menginginkannya, maka akan terjadi karena Allah Maha Kuasa.

Berita yang disampaikan Jibril ternyata benar dan Maryam pun mengandung. Melihat Maryam hamil tanpa suami, orang-orang mencemoohnya dan menuduhnya sebagai wanita yang hina. Maryam merasa malu, tapi ia sabar dan pasrah dengan semua kehendak Allah. Untuk menghindari ejekan orang, Maryam pun meninggalkan Baitul Maqdis dan pergi ke kampung asalnya di desa Annasirah. Ketika waktu melahirkan tiba, Maryam pun meninggalkan rumah untuk mencari tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Ia berhenti di bawah sebuah pohon dan melahirkan bayi laki-laki. Sesuai petunjuk Malaikat Jibril, bayi itu diberi nama Isa Al-Masih. Tempat lahirnya Nabi Isa AS diberi nama Bait al-Lahmi atau dikenal dengan nama Bait Lehem. Orang-orang kini menyebutnya dengan Betlehem.

Ilustrasi di atas menggambarkan ketika Maryam dicemooh oleh kaumnya

 

Setelah melahirkan, Maryam pun pulang bersama putranya. Orang-orang pun kembali mencemoohnya dan menuduhnya sebagai anak haram. Mereka menanyakan bagaimana bisa seorang wanita melahirkan bayi tanpa seorang suami. Maryam pun tetap diam. Namun karena didesak, Maryam memberi isyarat kepada orang-orang agar menanyakan langsung kepada bayinya. Orang-orang pun heran dan berkata: “Bagaimana mungkin kami dapat berbicara dengan seorang bayi yang masih dalam ayunan?” Dengan kekuasaan Allah, Nabi Isa AS yang masih bayi menjawab, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an:

Qala inni abdullahi ataniyal kitaba wa ja’alani nabiyya

Artinya:

“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.” (Q.S. Maryam: 30)

  1. Nabi Isa AS Diangkat Menjadi Rasul

Nabi Isa AS tumbuh menjadi anak yang baik. Teman-temannya mengenal dirinya sebagai anak yang taat beribadah, hormat pada orang tua, penyabar, cerdas, dan suka menolong. Teman-temannya pun sangat senang kepadanya.

Ketika Nabi Isa AS berusia 30 tahun, Allah mengangkatnya menjadi rasul. Saat itu, ia bersama ibunya sedang berada di sebuah gunung bernama Zaitun. Tiba-tiba Malaikat Jibril datang membawa wahyu dari Allah dan memberi kabar bahwa dirinya diangkat menjadi seorang rasul.

Sejak itu, Nabi Isa AS mulai menyebarkan wahyu yang ia dapatkan. Kumpulan wahyu yang diberikan kepadanya terdapat dalam kitab suci Injil. Kitab Injil berisi ajaran tauhid, yaitu meng?Esakan Allah SWT.

Begitu juga dalam kitab Injil juga dikabarkan akan datangnya hari kiamat dan seorang rasul terakhir yang menyempurnakan ajaran rasul-rasul sebelumnya, yang bernama Ahmad (Muhammad).

Ajaran yang dibawa Nabi Isa AS menyempurnakan ajaran yang dibawa Nabi Musa AS. Saat itu, banyak pendeta Yahudi yang menyelewengkan ajaran Nabi Musa AS. Para pendeta itu mengajarkan bahwa berkorban harta untuk para pendeta sama dengan berkorban untuk Allah. Akibatnya, para pendeta hidup kaya raya, sedangkan kaumnya hidup menderita.

Nabi Isa AS sangat giat berdakwah. Namun, ia mendapat tantagan yang sangat keras dari para pendeta Yahudi dan para pembesar kerajaan. Mereka takut kehilangan harta yang mereka dapatkan dari kaumnya. Padahal sesungguhnya mereka mengetahui bahwa ajaran Nabi Isa AS adalah benar. Sedikit sekali kaum Yahudi yang rnengikuti ajaran Nabi Isa AS. Mereka disebut dengan kaum Hawariyyun.

Untuk menghancurkan ajaran Nabi Isa AS, kaum Yahudi menuduh
Nabi Isa AS telah memecah belah mereka sehingga membuat para tokoh Yahudi marah. Mereka meminta Nabi Isa AS membuktikan kerasulannya. Allah pun memberi Nabi Isa AS mukjizat, antara lain Nabi Isa AS dapat membuat burung dari tanah yang dapat hidup dan terbang, dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta, dapat menghidupkan orang mati, dapat menurunkan makanan dari langit, dan dapat menebak makanan yang dimakan dan disimpan orang.

Melihat semua mukjizat  Nabi Isa AS, kaum yahudi tetap tidak mau beriman. Mereka meminta pasukan kerajaan untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa AS Bani Isa AS pun bersembunyi. Namun, seorang pengikutnya bernama Yudas Iskariot atau lebih dikenal dengan nama Yahuza berkhianat dan menunjukkan tempat persembunyian Nabi Isa AS.

Ilustrasi di atas menggambarkan penangkapan Yudas Iskariot

(Allah menyerupakannya seperti Nabi Isa AS)

 

Namun Allah melindungi Nabi Isa AS dengan mengangkatnya ke langit. Sedangkan Yahuza diserupakan oleh Allah seperti Nabi Isa AS. Tentara kerajaan pun menangkap Yahuza yang dikiranya Nabi Isa AS tersebut, kemudian membunuhnya dengan cara disalib.

BAB III

METODE PENELITIAN

    1. Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Magantis Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada 3 km di luar kota Kabupaten. SDN 1 Magantis Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang kurang lengkap dengan adanya Perpustakaan yang kurang memadahi, ruang UKS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 12 orang terdiri dari 10 orang PNS, 2 orang PHL dan 1 (satu) Penjaga Sekolah.

    1. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN 1 Magantis, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 13, yang terdiri dari 4 siswa laki – laki dan 9 siswa perempuan.

    1. Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan Nopember 2017. Penelitian ini pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS Multikultural diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

 

  1. Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.

  1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

  1. Tahap pelaksanaan

Pada tahap  ini dilakukan :

  1. Guru menjelaskan materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS secara klasikal.
  2. Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 3 kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
  3. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
  1. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

  1. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.  Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

  1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
  2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.
  1. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap   siklus I.

    1. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

    1. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian  Tindakan Kelas ini terdiri dari:

  1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.
  3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
    1. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

 Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

P=FN x 100%

Dimana :         P = Prosentase

                                                F = frekuensi tiap aktifitas

                                                N = Jumlah seluruh aktifitas

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

            1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dengan Metode ceramah pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS sub. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis 16 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan pembelajaran menggunakan ceramah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis dalam kegiatan belajar mengajar Agama Islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah 13 terdapat 9 siswa atau 69,2% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 4 Siswa atau 30,8% yang tidak tuntas, dengan nilai rata-rata sebesar 66,5. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Agus Surya Azhar

70

Tuntas

2

Cinta Sugira

70

Tuntas

3

Dhea Azzahra

50

Tidak Tuntas

4

G. M. Halidi

70

Tuntas

5

Gio Pebrian

80

Tuntas

6

Helda Safitri

60

Tidak Tuntas

7

Laura

70

Tuntas

8

M. Arfansyah

50

Tidak Tuntas

9

Muslimah Nafsari

85

Tuntas

10

Nadea Veranita

70

Tuntas

11

Nanan

50

Tidak Tuntas

12

Norhalifah

70

Tuntas

13

Rhefa Aina Fitri

70

Tuntas

 

Jumlah

865

 

 

Rata-rata

66,5

 

 

Ketuntasan Klasikal

69,2%

 

 

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 66,5 dan secara klasikal sebesar 69,2%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS Multikultural. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran,  seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

    1. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis 30 Maret 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 3 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

    1. Observasi
      1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah siswa 13 orang, terdapat 11 siswa atau 84,6% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2 Siswa atau 15,4% yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata 73,8. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Agus Surya Azhar

75

Tuntas

2

Cinta Sugira

75

Tuntas

3

Dhea Azzahra

60

Tidak Tuntas

4

G. M. Halidi

75

Tuntas

5

Gio Pebrian

85

Tuntas

6

Helda Safitri

70

Tuntas

7

Laura

75

Tuntas

8

M. Arfansyah

70

Tuntas

9

Muslimah Nafsari

90

Tuntas

10

Nadea Veranita

75

Tuntas

11

Nanan

60

Tidak Tuntas

12

Norhalifah

75

Tuntas

13

Rhefa Aina Fitri

75

Tuntas

 

Jumlah

960

 

 

Rata-rata

73,8

 

 

Ketuntasan Klasikal

69,2%

 

 

      1. Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS pada siklus 1 adalah rata–rata 3,00 berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, ditunjukan pada tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 13 siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS, siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe   

             Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

No.

Uraian

Tanggapan Siswa

Senang

Tidak Senang

F

%

F

%

1.

Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

13

100

0

0

 

 

Senang

Tidak Senang

 

 

F

%

F

%

2.

Bagaimana perasaan kamu terhadap :

  1. Materi pelajaran
  2. Lembar kerja siswa (LKS)
  3. Suasana Belajar di Kelas
  4. Cara penyajian materi oleh guru

 

13

12

12

13

 

100

92,3

92,3

100

 

0

1

1

0

 

0

7,7

7,7

0

 

 

Mudah

Sulit

 

 

F

%

F

%

3.

Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini

13

100

0

0

 

 

Bermanfaat

Tidak

Bermanfaat

 

 

F

%

F

%

4.

Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?

13

100

0

0

 

 

Baru

Tidak Baru

 

 

F

%

F

%

5.

Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?

13

100

0

0

 

 

Ya

Tidak

 

 

F

%

F

%

6.

Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL?

13

100

0

0

 

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran  

     Menggunakan Strategi SAL

                                    N=Jumlah: 13 orang

      1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran  kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dalam materi pelajaran Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS pada siklus I sebesar 2.75 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian menggunakan  Strategi SAL

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus  I

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,0

2,5

2,5

3,0

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

2,75

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

    1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

           Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

 

3. Deskripsi data siklus II

         1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.

        2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 6 April 2017 dari pukul 07.00 s.d 08.10 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan  penutup sebesar 10 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

 Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

          1. Observasi
  1. Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas IV SDN 1 Magantis dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dengan jumlah 13 siswa, terdapat 12 siswa atau  92,3% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 7,7% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 80,4 . Data dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No

Nama Siswa

Nilai

Keterangan

1

Agus Surya Azhar

80

Tuntas

2

Cinta Sugira

80

Tuntas

3

Dhea Azzahra

70

Tuntas

4

G. M. Halidi

80

Tuntas

5

Gio Pebrian

90

Tuntas

6

Helda Safitri

80

Tuntas

7

Laura

80

Tuntas

8

M. Arfansyah

80

Tuntas

9

Muslimah Nafsari

100

Tuntas

10

Nadea Veranita

80

Tuntas

11

Nanan

65

Tidak Tuntas

12

Norhalifah

80

Tuntas

13

Rhefa Aina Fitri

80

Tuntas

 

Jumlah

1045

 

 

Rata-rata

80,4

 

 

Ketuntasan Klasikal

92,3%

 

 

             Keterangan :

              F =Frekuensi respons siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe  

                   Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

              N = Jumlah: 13 orang

  1. Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dalam materi pelajaran Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS pada siklus I sebesar 3,25 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan

             Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

No.

Aspek yang diamati

Skor pengamatan

Siklus II

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pesiapan

Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas

3,50

3,00

3,00

3,50

Baik

Baik

Baik

Baik

Rata – Rata

3,25

Baik

Keterangan :

0          -           1,49     =          kurang baik

1,5       -           2,49     =          Cukup

2,5       -           3,49     =          Baik

3,5       -           4,0       =          Sangat Baik

 

  1. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS  dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan

1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas IV SDN 1 Magantis untuk Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS dengan model pembelajaran mengunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 66,5 dengan nilai tertinggi adalah 85 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 50 terdapat 3 orang dengan ketentusan belajar 69,2% dan yang tidak tuntas 30,8%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas IV SDN 1 Magantis pada siklus 1 untuk Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS dengan model pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 73,8 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 84,6% dan yang tidak tuntas 15,4%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 80,4 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 65 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 92,3% dan yang tidak tuntas 7,7%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas IV SDN 1 Magantis tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL.

2.  Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa:  mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas individu dan kelompok.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL

        Kemampuan guru dalam pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL pada Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif  Tipe SAL

        Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

        Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL. Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

                 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat meningkatkan hasil belajar Materi Kisah Nabi Ayub AS, Nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS Siswa Kelas IV  SDN 1 Magantis.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

  1. Kepada guru yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.
  2. Kepada guru–guru yang ingin menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL disarankan untuk membikin Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

               Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

                   Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

                   Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

                  Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang  

                  Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

               Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif   

                Kreatif Efektif dan Menyenangkan.  Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto.  2008.  Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT

               Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto.  2003.  Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

              Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe  SAL. Surakarta: Tiga

              Serangkai




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment